Kamis, 11 Desember 2014

Zhao Fu Menggugah Si Jago Merah



Cerita Budi Pekerti

Zhao Fu Menggugah Si Jago Merah

Pada masa Dinasti Yuan (Dinasti Mongol), ada seorang menantu yang sangat berbakti yang bermarga Zhao (untuk selanjutnya disebut Zhao Fu), merupakan penduduk Yingcheng, Hubei. Dia orangnya setia dan jujur, juga rajin bekerja dan hidup bersahaja, meladeni seniornya dengan sepenuh hati, merupakan seorang menantu yang sulit ditemukan.

Hanya saja keluarga Zhao Fu sangat miskin, suaminya juga meninggal dunia pada usia muda, hanya meninggalkan dirinya seorang diri, selain harus menghidupi mertua perempuannya, dia masih harus mengasuh anak-anaknya, kehidupan begitu susah. Maka itu dia pergi bekerja pada orang lain dan memperoleh sedikit uang untuk menghidupi mertua dan anak-anaknya.

Dia yang memiliki moralitas yang tebal, demi agar mertuanya dapat makan dan hidup dengan layak, maka itu dia bekerja dengan banting tulang, maka itu majikannya juga jadi gembira. Melihatnya begitu rajin bekerja, sehingga bila ada yang perlu dikerjakan, maka mereka juga suka menggajinya.

Meskipun demikian, pekerjaan kasar yang dilakukannya sangat menderita, lagipula penghasilan yang diperoleh juga kecil, tetapi demi agar mertuanya dapat hidup lebih baik, maka itu dia jadi tak berdaya.  

Setiap kali dia bekerja di luar dan majikannya memberinya makanan yang enak, dia merasa amat berterimakasih, lalu membungkusnya dan tidak rela memakannya, setelah pekerjaannya selesai dia akan membawa makanan itu pulang dan diberikan kepada mertuanya.

Jika bertemu dengan hari perayaan, ada tetangga yang memberinya sedikit makanan, meskipun hanya sepotong kue sekalipun atau hanya beberapa butir bakpao, maka Zhao Fu juga takkan rela mencicipinya, namun menyimpannya dengan hati-hati, lalu dibawa pulang buat mertuanya.

Ketika dia membawa makanan tersebut hingga ke hadapan mertuanya, maka saat sang mertua mencicipi makanan tersebut, pasti akan berkata : “Kamu juga makan sedikit!”. Tetapi Zhao Fu selalu menolaknya dengan alasan tadi di tempat kerja dia sudah pernah memakannya, atau beralasan dia tidak suka memakannya.

Jika mertuanya ingin membaginya kepada anak-anak, maka Zhao Fu akan beralasan anak-anaknya juga sudah memakannya, pokoknya dia tidak rela membagi keluar jatah makanan yang diperuntukkan buat mertuanya, dia selalu membiarkan mertuanya dapat menikmati makanan tersebut dengan tenang. Sementara dirinya sendiri meskipun sudah kelelahan dan kelaparan, hanya makan sedikit nasi dan sayur bersahaja untuk mengenyangkan perut.

Kemudian mertuanya juga semakin menua, tubuhnya semakin lemah, melihat mertua yang berusia lanjut dan menderita beragam penyakit, di dalam hati Zhao Fu berpikir, bagaimana bila sesuatu terjadi pada mertuanya, sementara di rumah tidak ada uang buat membeli peti mati buat mertuanya.

Jika tidak memiliki peti mati, tentunya mertua akan khawatir kelak bagaimana jasadnya dimakamkan, tetapi makan saja sudah bermasalah, bagaimana mungkin mampu membeli peti mati?

Menghadapi situasi yang begitu sulit, Zhao Fu tidak berhasil memikirkan jalan keluar, akhirnya dia hanya menahan kepedihan hati untuk tega menjual anak keduanya, lalu uangnya digunakan untuk membeli peti mati buat mertuanya.

Apakah anak itu bukan merupakan darah daging ibunda? Zhao Fu menjual anak, hatinya amat bersedih, namun demi agar mertuanya tidak khawatir, dia tidak menunjukkan ketidakrelaannya, setelah dia membeli peti mati buat mertuanya, lalu diletakkan di rumahnya.

Suatu hari rumah tetangganya karena tidak hati-hati mengalami kebakaran, saat itu kebetulan angin bertiup kencang, sehingga kobaran api semakin lama semakin ganas, mengikuti tiupan arah angin, si jago merah mulai menuju ke arah rumah Zhao Fu, melihat kedatangan si jago merah, Zhao Fu sibuk memapah mertuanya keluar dari rumah.

Setelah mengatur mertuanya dengan baik, Zhao Fu cepat-cepat menerjang masuk ke dalam rumah, hendak mempergunakan kesempatan sebelum api melahap rumahnya, memindahkan peti mati keluar rumah. Tetapi, peti mati tersebut sangat berat, Zhao Fu telah mengerahkan segenap kekuatannya, namun juga tidak berdaya memindahkan peti mati tersebut.

Melihat kobaran api yang semakin garang, dalam waktu singkat akan menghanguskan rumahnya, saat ini hati Zhao Fu begitu cemas, namun juga tak berdaya, maka itu dia menangis sekeras-kerasnya sambil berteriak : “Kasihanilah saya yang telah menjual anak demi membeli sebuah peti mati, semoga ada orang yang berbaik hati menolongku memindahkan peti mati ini keluar rumah….”.

Ucapan Zhao Fu masih belum selesai, tiba-tiba hembusan angin berubah arah, api juga mengikuti arah angin berkobar ke arah lain, dalam sekejab rumah Zhao Fu selamat dari amukan si jago merah, bukan hanya peti mati berhasil diselamatkan, bahkan seluruh keluarga juga selamat dari marabahaya. Melihat Keluarga Zhao berhasil lolos dari maut, membuat orang-orang di sekeliling berdecak kagum!

Jika terpikir Zhao Fu yang masih begitu muda sudah harus menjanda, kondisi keluarganya juga sangat miskin, dia menjadi pekerja kasar demi menghidupi mertuanya, ini sudah merupakan hal yang telah mengamalkan ajaran. Dan setiap kali dia mendapat makanan yang lezat, pasti dibawanya pulang buat mertuanya, bahkan dia rela menjual anaknya demi membeli peti mati buat mertuanya, hingga saat kobaran api akan menjalar ke rumahnya, hanya dengan satu perkataannya, arah angin segera berubah, ini merupakan ketulusannya sehingga mengundang mukjizat, dengan demikian Keluarga Zhao berhasil lolos dari marabahaya. .

Ketulusan hati bakti Zhao Fu telah menggugah langit dan bumi, juga membuat generasi penerus salut padanya, ketika seseorang dapat membangkitkan hati bakti yang penuh ketulusan, masih adakah yang tidak mampu tersentuh olehnya?  





趙婦感火

元朝的時候,有一位姓趙的孝順媳婦,是應城地方人。她為人忠厚老實,又很勤勞樸實,奉侍長輩盡心周到,是一位難得的好媳婦。

只是,趙婦的家裡十分窮苦,她的丈夫又很早過世,只留下她一個人,上要奉養婆婆,下要撫育孩子,生活很是拮据。為了能更好地奉養婆婆,趙婦便去給別人家做工,用幫工賺來的錢,來養活婆婆和孩子們。

生性厚道的她,為婆婆能夠吃飽穿暖,做工時很是賣力,也因此深得主人家的喜歡。大家看到她做事踏實肯幹,有什麼需要幫忙的,也很願意僱她來。雖然,幫工很辛苦,而且賺來的錢也不多,但趙婦都盡力讓婆婆能吃得好一點,只是家境實在是太貧苦了,想要給婆婆吃好一些的飯菜,卻也是無能為力。

由此,每當趙婦出去做工,主人家有給她一點好吃的東西時,她都非常感恩,總是恭謹地將食物接過來,自己並不捨得吃,而是小心翼翼地包好、放妥,到幫工完後,再帶回家給婆婆吃。

除此,若是遇上什麼節日,有人送給她一些食物,又或是遇上哪位鄰居,給她一點好吃的東西時,哪怕只是一小塊糕點、幾個包子、喜餅,趙婦都不捨得吃上一點,都是將它們細心收好,帶回家奉養給婆婆。

等趙婦將這些食物送到婆婆面前,給婆婆吃時,婆婆也總要說:「你也吃一點吧。」趙婦便會跟婆婆說自己做工時吃過了,又或說自己不愛吃。婆婆若要分一點給孩子吃,趙婦又說孩子已經吃了,或是預先將孩子們支開,總是不忍心從那一點食物中再分出來些,希望婆婆能安心享用。而她自己雖然又累又餓,也僅是吃一點粗劣的飯菜來填飽一下肚子。

後來,婆婆的年紀大了,身體越來越衰弱,看著年老又多病的婆婆,趙婦心想,萬一婆婆有個三長兩短,家裡根本沒有錢去給婆婆辦置棺木。婆婆沒有棺木,一定會擔心自己死後要怎麼下葬,可是家裡連吃飽都成問題,又何來錢去買棺木呢?

面對這窘困的境地,趙婦根本想不出什麼辦法,最後,只得忍痛將第二個孩子賣掉,用這錢來為婆婆購置棺木。

哪個孩子不是娘的心頭肉呢?趙婦賣掉了孩子,內心也很是難過,但為不讓婆婆擔心,並沒有表現出不捨的樣子來,等為婆婆購置好棺木後,便將棺木擺放在家中。

有一天,南鄰突然不小心著了火,這時,又遇到風很大,火越燒越旺,越燒越猛,順著風勢,撲向趙婦的家,趙婦見到火勢猛烈,連忙攙扶著婆婆逃了出來。

將婆婆安頓好,趙婦又趕快沖進屋裡,想要乘著大火燒來前,把棺木移出去。可是,棺木實在是太重了,趙婦使盡了全身的力氣,也沒有辦法移動它。眼看著火勢越來越猛,馬上就要燒到趙家了,此時,趙婦心急如焚,卻又無可奈何,不由得放聲大哭起來,哭喊著說:「可憐我賣去了兒子,纔買來這口棺木啊,哪一位好心的人來幫我抬出去啊……」

趙婦這話還沒說完,天上的風忽然轉了風向,火也轉向其它地方了,趙家竟然因此避免了,不僅棺木得以保存,趙家也安然無恙。看到趙家遇難呈祥,不禁令人嘖嘖稱奇!

想這位孝順的趙婦很早就守了寡,家裡又很貧困,她去為人幫工來奉養婆婆,已是很值得稱道了。而每每得到好吃的食物,她一定要拿回家來給婆婆吃,甚至後來賣掉孩子,為婆婆購置棺木,這一片苦心是如何地真摯啊!到猛火來時,她一句話還沒說完,大風就轉了方向,這真是她的至誠感通,使趙家避免了火災。

趙婦這至誠的孝心,感天動地,也讓後人,生起無比敬仰之心。當人能生起這顆至誠至孝之心,還有什麼不能感動呢?