Selasa, 07 Oktober 2014

Wen Gong Menyayangi Saudara



Cerita Budi Pekerti

Wen Gong Menyayangi Saudara

Sepanjang hidupnya Sima Guang berbakti pada ayahbundanya, menyayangi saudara-saudaranya dan setia pada kekaisaran. Dia merupakan tokoh terkemuka, memiliki moral dan reputasi yang baik, masyarakat selain menjunjung tinggi kepribadian dan kebajikannya, juga jalinan persahabatan dan jalinan persaudaraannya yang tulus yang telah menjadi teladan sejak ribuan tahun yang silam.

Abang Sima Guang bernama Dan, nama kehormatannya adalah Bo Kang, jalinan persaudaraan abang adik ini sangat erat. Ketika Sima Guang pindah ke Luoyang, setiap kali dia pulang menjenguk sanak saudaranya, pasti akan menyempatkan diri mengunjungi abangnya, dia sangat menghormati abangnya juga amat perhatian.

Saat itu Bo Kang sudah mencapai usia 80 tahun, dan Sima Guang sendiri juga sudah tidak muda lagi, namun dia memperlakukan abangnya serupa dengan berbakti pada ayahbundanya. Terutama orang yang berusia lanjut kondisinya semakin melemah, pencernaan juga tidak bagus lagi, demi kesehatan maka harus makan dengan porsi sedikit dan sering, sehingga mencurahkan perhatian yang lebih untuk merawatnya.

Maka itu setiap kali sehabis makan malam, tidak lama kemudian Wen Gong pasti akan bertanya pada abangnya : “Apakah anda merasa lapar lagi? Apakah mau makan sedikit lagi?” Bahkan setiap saat memberikan perhatian yang serupa, bagaikan merawat anak bayi dengan seksama.

Memasuki peralihan musim, kondisi cuaca yang tidak stabil, yang paling ditakutkan lansia adalah kedinginan. Maka itu ketika cuaca mulai menjadi sedikit sejuk, Sima Guang akan sering meraba pundak abangnya, lalu bertanya : “Apakah pakaiannya cukup hangat? Apakah merasa dingin?” Setiap saat memperhatikan apakah pakaian yang dikenakan abangnya dapat memberi kehangatan atau tidak. Setiap hari menanyakan hal yang serupa, jalinan persaudaraan dengan sendirinya mengalir secara alami, betapa ini sungguh menyentuh dan mengharukan setiap insan!

Sepanjang hidup manusia, waktu untuk berada bersama abang, kakak dan adik pada umumnya lebih panjang daripada waktu bersama ayahbunda, maka itu seharusnya saling mendukung dan saling menjaga, seperti kata pepatah : “Sekali bertemu sekali menua, berapa lama lagi waktu yang tersisa untuk menjalin persaudaraan?” Karena itu betapa bernilainya jalinan persaudaraan itu, kita harus lebih menghargainya.

Jalinan persaudaraan Wen Gong dan abangnya bagaikan kaki dan tangan, menjadi kisah indah hingga ribuan tahun lamanya. Maka itu Li Wen-geng berkata, Sima Wengong adalah “Insan sempurna satu generasi”, karakter moralnya, pendidikannya, pengendalian dirinya tiada duanya, baktinya, jalinan persahabatannya, kesetiaannya, kesetiaan dan ketulusan mengalir sendirinya dari sifat alami, merupakan teladan bagi generasi berikutnya.  

Mencius berkata bahwa anak-anak pada masa kecil masih tahu berbakti dan menyayangi ayahbunda, tetapi setelah tumbuh besar tahu menyayangi saudaranya, ini tidak perlu diajari namun tahu dengan sendirinya, karena ini berasal dari sifat alaminya, yang dimiliki oleh setiap manusia, memang benar dengan apa yang disebut “sifat dasar manusia sesungguhnya adalah bajik”.    

Meskipun Wen Gong adalah seorang pejabat dan bangsawan, namun dalam merawat abangnya takkan meminta pembantu mewakilinya, hingga membersihkan kotoran pasien, juga dilakukannya sendiri, jalinan persaudaraan yang bagaikan kaki dan tangan ini, justru berbeda dengan orang jaman sekarang. Mari kita bayangkan, dua lansia yang rambutnya sudah memutih semuanya, saling mendukung, saling menjaga, betapa pemandangan ini sungguh mengharukan!

Kenyataannya di dunia ini sangat sedikit orang dapat memiliki kebahagiaan jalinan persaudaraan yang bagaikan tangan dan kaki ini, selalunya saat tahu akan menghargai malah waktunya sudah pendek, atau setelah kehilangan barulah menyesalinya, mengapa waktu lalu tidak berlaku sedikit baik padanya? Maka itu betapa bernilainya menghargai jalinan persaudaraan, sangatlah penting sekali!

Putra Wen Gong, Sima Kang, juga mewarisi cita-cita sang ayah, sejak kecil kepintarannya melampaui orang lain, rajin dan suka belajar, bukan hanya mempelajari pengetahuan umum, bahkan juga menguasai klasik dan sejarah, dikarenakan sikap intelektualnya dan keahliannya dalam sejarah, sehingga ikut berpartisipasi dalam hasil karya tulis ayahandanya, yakni buku “Zi Zhi Tong Jian”. .

Dia yang begitu berbakti pada ayahbunda, ketika ibundanya meninggal dunia, hatinya begitu pedih dan tersayat, selama tiga hari tiga malam tidak minum setetes air pun, semua ini dikarenakan melihat teladan yang diberikan sang ayah.

Sima Kang memiliki kepribadian yang penuh hormat dan senantiasa mawas diri, tidak suka mengucapkan kata-kata lelucon, di luar, orang-orang mengenalnya sebagai insan terpelajar dan penuh tata krama, meskipun tidak mengenalnya, namun juga tahu bahwa dia adalah putra Sima Guang. Karena pendidikan keluarga yang disiplin dan mendalam, sehingga menghasilkan kepribadian yang unggul. Dia dapat menjadi insan yang begitu berbakat, sangat erat kaitannya dengan didikan dari ayahnya.

Kepribadian Sima Guang telah memotivasi Bangsa Tiongkok dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Orang-orang meneladani kesetiaan dan ketulusannya serta cintanya pada negeri dan jalinan persaudaraan serta persahabatannya, semoga setiap dari kita, dapat turut mengamalkannya, mengikuti semangat dan kepribadian yang tidak pernah padam ini, berkesinambungan dari satu generasi ke generasi berikutnya selamanya takkan terputus, semakin jaya dan takkan pernah mengalami kemunduran.     





溫公愛兄


司馬光一生孝順父母、友愛兄弟、忠於朝廷。他地位顯赫,德高望重,人們除了對他的德行備極推崇之外,他發乎真誠的友愛兄弟的情懷,更是流傳千古。 

司馬光的哥哥,字伯康,名旦,兄弟兩人的感情特別地好。當司馬光退居在洛陽的時候,每次返鄉探親,總會探望兄長,他對哥哥既敬重又倍極關懷。 

當時伯康已八十歲了,而司馬光也年事不小,但侍奉兄長就如同事奉父親一樣地盡心盡力。尤其老人家體質羸弱,消化不佳,為保康健常需少量多餐,故照顧頗為費神。所以每當吃完飯不久,溫公總會親切地問候哥哥:「您餓了嗎?要不要再吃點東西?」幾乎是時時刻刻地關注,就如同照顧嬰兒般地無微不至。 

當季節的交替,氣候極其不穩,老人最怕的是著涼。所以天氣稍稍轉涼,司馬光就常常輕撫著兄長的背,並關切地問道:「衣服會不會太薄?會不會冷?」隨時都注意到哥哥的衣服是不是足夠保暖。日日噓寒問暖,兄弟間的情懷自然地流露,這是何等地溫馨感人! 

人的一生,和兄弟姐妹相處的時間,往往超過父母,故應該彼此相互提攜照顧,正所謂是「同氣連枝,骨肉相連」。又諺云:「一回相見一回老,能得幾時為弟兄?」因而,兄弟間真摯的友愛,是多麼地彌足珍貴,我們應當更加地珍重愛惜。 

溫公和兄長間的手足情懷一直是古今的美談。故李文耕說道,司馬溫公是「一代完人」,他的品德、學識、涵養都無懈可擊,他的孝順、友愛、忠誠都出自於天性,是我們後人的表率。 

孟子說:「孩提之童,無不知愛其親者,及其長也,無不知敬其兄也。」也就是說,孩子在孩提時代懂得敬愛父母,稍微長大之後懂得友愛兄弟,這些都不用學習就能知道的,因為它是源自於自然的天性,是人人本具的良知良能,正是所謂的「人之初,性本善」。 

溫公雖然高官顯貴,但照料兄長從不委由僕人代勞,巨細靡遺,都親自操持,這種至情至親的手足之愛,與下人照顧是全然不同的。我們想想,兩位白髮蒼蒼的老人,相互扶持、相互照顧,那是何等感人的畫面!

 對於兄長伯康,溫公是恭敬到了極處,也愛護到了極處,所謂「友愛至極,無以復加」。《禮記》云:「聽於無聲,視於無形。」難道不正是如此嗎?

 的確,天底下很少有人能擁有這般幸福的手足之情,畢竟人懂得珍惜的時候短,往往都是在失去之後纔知後悔,為什麼過去不對他好一點?所以珍惜親情的可貴,是何其重要! 

溫公的兒子司馬康,也繼承父親之志,自幼就聰穎過人、勤奮好學,不僅學識淵博,更通曉經史,又以嚴謹的治學態度和深厚的史學功底,參與了父親《資治通鑒》的編纂工作。侍奉父母極其孝順的他,在母親去世之後,悲痛至極,三天三夜都滴水不進,哀痛逾恆,完全看到溫公的風範。 

司馬康為人恭敬謹慎,不苟言笑。在路上,人們見到他溫文的舉止和脫俗的內涵,即使不認識他,也知道他一定是司馬光的兒子。因為深厚的學識與嚴謹的家風,熏陶了他非凡的氣宇。他能如此優秀,都與父親的教誨息息相關。

 司馬溫公照耀青史的偉大風範,啟發和鼓舞了一代又一代的中國人。人們從他不凡的品操中,體會到了真正的忠誠愛國與骨肉的至情,也見到了一位讀書人能「退則獨善其身、進則兼善天下」的卓絕操守。希望我們每一個人,都能身體力行,追隨這種不朽的精神風範,世世代代綿延不絕、長盛不衰。