Minggu, 05 Oktober 2014

Selimut Lebar Jiang Gong



Cerita Budi Pekerti
Selimut Lebar Jiang Gong

Pada masa Dinasti Han ada seorang yang bernama Jiang Gong. Dia memiliki dua orang adik laki-laki, yang satu bernama Jiang Zhong-hai dan yang satunya lagi bernama Jiang Ji-jiang. Mereka bertiga sangat harmonis dan saling sayang menyayangi.

Tiga bersaudara selalu berada bersama tak terpisahkan. Setiap hari ke sekolah bersama-sama, pulang sekolah belajar bersama, bermain, bahkan bekerja membantu di rumah juga bersama-sama. Bahkan tiga bersaudara ini juga tidur bersama dibawah sehelai selimut yang lebar.

Mungkin kita akan berpikir, hal seperti ini mungkin bisa berlaku saat masih kecil, tetapi setelah dewasa mana mungkin lagi, karena masing-masing sudah berkeluarga dan memiliki karir tersendiri. Tetapi setelah Jiang Gong dan kedua adiknya menginjak usia dewasa, hubungan mereka masih serupa saat masih kecil, bahkan kadang kala mereka masih tidur bertiga, ini sungguh sulit ditemukan. Mereka bertiga masih bisa satu selimut, hingga masing-masing sudah berkeluarga, namun hubungan mereka masih seperti dulu tak berubah, ini memperlihatkan bahwa mereka tiga bersaudara memang sehati.

Suatu hari Jiang Gong dan adiknya pergi ke ibukota, saat menempuh perjalanan di malam hari, mereka berpapasan dengan perampok. Dibawah sinar rembulan, raut wajah perampok yang bengis, sesekali tampak kilauan pedang di genggaman mereka, melihat ini membuat hati orang merasa kecut.

Di bawah ancaman tatapan sepasang mata perampok yang sadis dan kilauan belati tajam yang selangkah demi selangkah semakin mendekati kedua abang beradik. Tiba-tiba, sang abang mendorong adiknya ke belakang, lalu maju selangkah ke depan berkata : “Adikku masih kecil, saya sebagai abang, saya boleh berkorban, saya harus menyelamatkan adikku, semoga kalian bersedia melepaskannya”.

Saat itu sang adik yang berada di belakang abangnya, berbalik mendorong abangnya ke belakang dan berdiri di depan lalu berkata : “Tidak! Anda tidak boleh melukai abangku, lebih baik bunuh saja diriku!” Adik abang itu saling berebutan untuk dijadikan korban, namun terpikir akan detik menjelang kematian dan harus berpisah, kedua bersaudara itu saling berpelukan dan saling menangisi.

Si perampok juga bukan orang yang berhati baja, merampok juga terpaksa demi sesuap nasi. Hatinya benar-benar tergugah oleh tingkah laku dua bersaudara tersebut, akhirnya dia berkata : “Hari ini akhirnya saya telah melihat jalinan persaudaraan sejati”. Maka itu dia hanya mengambil sebagian barang berharga lalu beranjak pergi meninggalkan mereka.

Setelah menyelesaikan urusan di ibukota, ada orang yang melihat pakaian Jiang Gong yang lusuh lalu bertanya padanya : “Apa yang telah terjadi, mengapa anda berpenampilan tidak rapi?” Namun Jiang Gong menggunakan alasan lain untuk menutupi kejadian dirinya dirampok di tengah perjalanan, karena dia berharap agar sang perampok dapat kembali ke jalan yang benar.

Kemudian hal ini tersebar sampai ke telinga perampok, dia mendengar kabar bahwa Jiang Gong sudah dirampok namun tidak mengatakannya keluar, penyesalan dan rasa terimakasih saling berbaur memenuhi sanubarinya. Hari berikutnya dia pergi menemui Jiang Gong, menyerahkan langsung harta yang dirampoknya tempo hari kembali kepada pemiliknya, bahkan menyatakan niatnya untuk bertobat. Jiang Gong sungguh berbudi luhur, bagaimana tidak membantu orang lain untuk kembali ke jalan yang benar? Apalagi perampok juga manusia. Kebajikan dan welas asih Jiang Gong, mengasihi sesama manusia, sungguh bernilai dan sulit ditemukan.

Sesama saudara dapat hidup dengan rukun, ayahbunda tentu merasa gembira, apalagi andaikata sesama saudara dapat akur bagaikan tangan dan kaki, ayahbunda bagaikan badan, tubuh tangan dan kaki dapat saling melengkapi, barulah dapat sehat secara keseluruhan. Maka itu sejak jaman dulu hingga sekarang, sesama saudara haruslah saling menyayangi, saling mendukung, setelah dewasa lebih lagi harus saling membantu.

Hari ini kita tidak perlu harus serupa mereka tidur dibawah sehelai selimut, namun abang, kakak beradik haruslah saling menyayangi, saling membantu. Andaikata ada saudara yang berada di samping kita, maka saat bertemu kesulitan apapun, dapat membantu kita; saat duka menjadi pelipur lara, saat anda bersukacita, dapat berbagi dengan mereka, betapa bahagianya! Masyarat kini, adik kakak saling curiga mencurigai, memperebutkan harta benda, saling mencelakai. Buat apa!

Sama halnya pula, sikap kita terhadap orang lain juga harus serupa dengan Jiang Gong bersaudara, saling mengasihi dan saling menyayangi, saling bantu membantu, sehingga dunia ini dipenuhi keharmonisan, bersahabat, keluarga besar yang indah dan bajik.



     



漢朝的時候,有個人姓姜名肱。他有兩個弟弟,一個叫姜仲海,另一個叫姜季江。他們兄弟三人非常的友愛,情同手足。

兄弟三人形影不離。天天在一起讀書、下課又一起溫習功課、玩耍、還一起幫家裡做家務事。而且三個兄弟縫了一床大棉被每天都睡在一起。

或許我們會覺得,這種情形在幼年的時候纔有可能發生,長大之後不可能,因為已經成家立業了。可是姜肱三兄弟長大之後感情依舊非常的好,好到有時還三個人睡一塊,這就真的非常難得。他們三兄弟能同一條棉被,這樣到成家之後,感情還這麼好,就突顯他們三兄弟的確是一條心。

有一次姜肱跟他的弟弟一同去京城,結果半夜路遇強盜。月光下,強盜面目猙獰,手裡的匕首泛出幽幽寒光,看了直叫人打顫。強盜囂張的晃著明晃晃的匕首一步步逼進抱在一起的兩兄弟。突然,哥哥推後弟弟,走上前一步說:『我弟弟還小,我是做哥哥的,我可以犧牲,我要挽救我的弟弟,希望你們放他一條生路。』這時,後面的弟弟也走上前來說道:『不!你不可以傷害我哥哥,還是殺我吧!』兄弟倆都爭著讓對方活著,想到兄弟就要生離死別,倆人不禁抱在一起,痛哭流涕。

盜賊也不是鐵石心腸,也是因飢寒纔起盜心。他深深地被兄弟倆的手足情感動了,講到:我今天終於見到什麼叫親情了。於是搶了一些財物便匆匆離開。

到了京城裡頭去辦事,有人見到姜肱衣冠不整,穿得很破爛,就問他:出了什麼事,你會如此的落魄?但是姜肱用其它種種的言語,來掩飾他被搶的這一段經歷,絕口不提被搶的這一段事。因為他深盼盜賊能悔改。

後來事情輾轉傳到盜賊那裡,他聽到姜肱被搶而不說,非常感激,悔恨交加。於是隔天就跑去請求拜見姜肱,親自把所有搶來的衣物還給了姜肱。並表明痛改之意。姜肱可以說仁慈到極點,怎會不感化人?何況盜賊也是人啊。姜肱他這樣的仁慈,這樣愛人之心,實在是難能可貴。

兄弟能和睦相處,父母會感到高興,而兄弟姐妹就好比是手足四肢一樣,父母如同身軀,身軀與四肢能互相搭配,這樣纔是健全。這也就是常形容的骨肉是一體,手足是一體。所以自古以來,兄弟就要彼此相互友愛、相互提攜,長大成人之後,更要相互的幫助。

 現今我們不用像他們三兄弟睡在一起,可是我們兄弟姐妹間也要相親相愛,互相幫助。我們的一生中和兄弟姐妹相處的時間是最長的,如果一直有個親人在身邊,當遇到困難時,可以幫助你;當不開心時,可以安慰你;當你擁有喜悅時,可以和你共同分享,那是多麼快樂的事!現在社會上有些兄弟姐妹互相猜疑,爭奪家產,斗的魚死網破。又為何呢!

同樣,我們人與人之間也要像姜肱兄弟一樣,相親相愛,互相幫助。讓世界成為一個和睦、友善、美好的大家庭。