Selasa, 07 Oktober 2014

Kesetiaan Wen Gong 01



Cerita Budi Pekerti
Kesetiaan Wen Gong
(Bagian 1)

Sima Guang hidup pada masa Dinasti Song, nama kehormatannya adalah Jun Shi, orang-orang menyapanya sebagai Wen Gong, adalah seorang perdana menteri yang bijak pada masa Dinasti Song Utara dan seorang cendekiawan yang terkemuka. Dia mencurahkan seluruh hidupnya untuk menulis sebuah buku berjudul “Zi Zhi Tong Jian” yang berisikan tentang pengalaman tokoh-tokoh yang baik dan jahat serta keberhasilan dan kegagalan sepanjang sejarah Tiongkok, sebagai pustaka berharga untuk diwariskan kepada anak cucu generasi selanjutnya.

Ketika Sima Guang berusia enam tahun, telah memiliki kepribadian yang istimewa. Suatu hari ketika usai mendengar kisah tentang “Periode Semi dan Gugur yang ditulis oleh Tsochuan”, dia merasa amat bersukacita lalu pulang ke rumah dan menceritakan kembali kepada keluarganya, terhadap teori-teori yang ada di dalamnya, dia dapat memahaminya dengan sangat jelas dan mampu menyampaikannya kepada insan lain. Sejak itu tangannya tak pernah terpisahkan dari buku, tanpa mengenal kesusahan dia belajar dengan tekun, terkadang sampai terhanyut, lupa makan dan lupa tidur.

Kala membaca buku karya para insan suci dan bijak, bukan hanya meninggalkan kesan yang mendalam dalam sanubarinya, namun ini telah menjadi landasan baginya untuk menulis buku “Zi Zhi Tong Jian”, bahkan dia telah menetapkan cita-cita mulia untuk menyelamatkan negera dan rakyatnya. Karena itu dia bukan hanya berpengetahuan luas dan terpelajar, namun juga memiliki kepribadian dan moralitas yang unggul.

Suatu hari ketika dia sedang tekun membaca di ruang belajarnya, di luar sana sekelompok anak-anak seusianya sedang bermain dengan gembira. Tiba-tiba terdengar sebuah jeritan menyayat hati, lalu diikuti pula dengan jeritan anak-anak lainnya, kemudian suara tersebut semakin menjauh dan hilang, hanya menyisakan sebuah suara tangisan yang memilukan.

Sima Guang merasa ada yang tidak beres, segera menutup buku bacaannya lalu bergegas keluar, hanya tampak dua tangan yang menggelepar-gelepar di permukaan sebuah guci air yang besar, kepala anak tersebut terus timbul tenggelam. Ternyata kejadian tadi adalah seorang anak kecil yang nakal, memanjat ke atas guci air, begitu kurang hati-hati lalu terpeleset jatuh ke dalamnya. Anak-anak lainnya jadi ketakutan, semuanya berlarian hingga tak meninggalkan jejak.

Tiba-tiba Sima Guang melihat di sampingnya ada sebuah batu besar, dengan sekuat tenaga dia berusaha mengangkat batu tersebut, lalu dihantamnya ke dinding guci air tersebut, guci pecah dan air mengalir keluar dengan derasnya, anak yang berada di dalam guci tersebut berhasil diselamatkan. Masalah ini telah mengundang reaksi yang sangat luas, bahkan tersebar hingga ke ibukota kekaisaran. Dalam sekejab, Sima Guang cilik telah menjadi terkenal, keberanian dan kepintarannya telah mendapat pujian bertubi-tubi dari berbagai kalangan.

Waktu berlalu dengan cepat, Sima Guang telah berusia 20 tahun, dia bukan saja memiliki kepribadian yang unggul, dalam belajar dia sangat berkonsentrasi, tahun ini dia berhasil lulus ujian sarjana muda. Dia yang bersifat sederhana ini, tidak suka akan kemewahan, setelah lulus ujian sarjana muda, harus menghadiri jamuan pernikahan dan bertemu kaisar, semua hadirin mengenakan pakaiannya yang paling indah dan termahal, mengenakan bunga merah di topi masing-masing, hanya Sima Guang yang tidak sudi mengenakan bunga, namun ini adalah hadiah dari kaisar, tidak boleh menolaknya, akhirnya dengan terpaksa dia menyisipkan setangkai bunga di topinya, dapat dilihat bahwa dia sangat berhemat. Meskipun kemudian dia telah menjadi perdana menteri, namun kehidupannya tetap sederhana, sepanjang hidupnya tetap mempertahankan kepribadian sedemikian.   

Tahun-tahun sebelumnya Sima Guang belum memiliki anak, istrinya sangat panik lalu mencarikan seorang istri muda untuknya, mencari kesempatan untuk mengantarnya masuk ke dalam ruang baca, meskipun Sima Guang memahami maksud baik istrinya, namun terhadap gadis tersebut, tidak meliriknya sama sekali. Gadis ini jadi penasaran dan ingin mengujinya, sambil mengambil sembarang satu buku lalu bertanya pada Sima Guang : “Buku apa ini?” Sambil bertanya sambil mempertunjukkan pesonanya.   

Sima Guang tetap tak tergoyahkan, wajahnya langsung berubah menjadi tegas, dengan sikap hormat dia berdiri, lalu dengan sikap hormat pula dia menjawab : “Ini adalah buku sejarah”. Si gadis yang semula ingin menggodanya akhirnya harus mengurungkan niatnya. Sima Guang yang telah menerima ajaran para insan suci dan bijak, barulah dapat mempertahankan batasan-batasan yang harus ditaati sebagai seorang manusia beretika moral, sedikitpun takkan terpikat.




溫公盡忠
(一)

宋朝司馬光,字君實,謚號文正,人稱司馬溫公,是北宋時期的一位賢明的宰相和知名的學者。他投注了一生的心血所編纂的《資治通鑒》,記載了中國曆史中許多善惡成敗的經驗教訓,為後世子孫留下了一部珍貴的政治殷鑒的寶典。

 司馬光年僅六歲,就具有非同尋常的氣質。有一次他聽到《春秋左傳》的故事之後,非常地興奮,回到家裡就講給家人聽,對其中的道理都能很清楚地講述出來。從那以後他就手不釋卷、刻苦讀書,有時讀到入了神了,連吃飯睡覺都忘記了。

 在拜讀聖賢書的過程中,他不但種下了對歷史殷鑒的深刻印象,從而奠定了編纂《資治通鑒》深厚的史學基礎,而且也樹立了救國救民的遠大志向。所以,他一生不但在學問上博古通今,在品德上更是卓絕超邁。

 有一天,他在書房里正專心地埋頭讀書,窗外同齡的小朋友都在開心地玩耍。突然間傳來了一陣驚恐的呼叫聲,緊接著一群孩子接二連三地都驚叫起來,後來聲音漸漸遠去,全都消失了,只剩下一陣陣哇哇大叫的哭喊聲。

 司馬光察覺到情形不對,趕緊合上書本走了出去,只見水缸裡撲騰著兩隻手,驚慌失措地掙扎著,孩子的頭不時地冒出水面。原來是一個調皮的孩子,爬到了水缸上面,一不小心就掉了進去。小朋友們被嚇壞了,一溜煙全都跑得無影無蹤。

 司馬光突然看到旁邊有一塊石頭,靈機一動,就把它用力地扛了起來,朝水缸狠狠地砸了過去。只見缸裡的水嘩嘩嘩地奔湧而出,水裡的孩子總算是得救了。這件事在當時引起了很大的轟動,幾乎傳遍了京洛一帶。一時,年紀小小的司馬光竟成為了家喻戶曉的人物,大家都對他智勇雙全的表現贊嘆不已。

 時光荏苒,轉眼間司馬光已經二十歲了,他不但品格超群,而且書讀得非常地精博,就在這一年考中了進士。生性簡樸的他,一向不喜歡華麗,中了進士之後,要參加喜筵、晉見皇上,大家都穿上最華美的衣服,戴上大紅花,而唯有司馬光不願意戴花。同僚就跟他說,這是皇帝所賞賜的,不能不戴,他纔勉強地插上一支,由此可見,他是何其地勤儉。尤其當他位極宰相時,也依然是粗茶淡飯,衣著簡單,生活簡樸,一生保持著勤儉清廉的風範。

 早年,司馬光並沒有小孩,他的夫人很著急,就為他尋覓了一個小妾,趁機送入書房,正氣凜然的司馬光明白夫人的意思,但卻連正眼都不瞧一眼。此妾很想試探他,順手取了一本書,柔柔地問他:「這是什麼書?」話語間還故作嫵媚之態。司馬光不為所動,面容立刻變得更加嚴肅,他畢恭畢敬地站了起來,拱起手,非常鄭重地回答:「這是《尚書》。」結果本想大獻殷勤的妾,也知難而退。正由於接受了聖賢的教誨,剛正廉明的司馬光纔能把持住做人的分寸,絲毫不為所動。