Kamis, 27 November 2014

Lu Ji Mendekap Jeruk



Cerita Budi Pekerti

Lu Ji Mendekap Jeruk

Lu Ji, nama kehormatan (nama yang diberikan kepada seorang pria yang telah genap berusia 20 tahun pada jaman kedinastian di Tiongkok) nya adalah Gong Ji, merupakan penduduk Negara Wu pada masa Periode Tiga Negara (220-280). Ayahnya bernama Lu Kang sangat berbakti dan baik hati, pernah direkomendasikan oleh gubernur setempat yang Li Su, untuk menjadi kandidat pejabat, namun malangnya Li Su meninggal dunia di negeri orang lain, lalu Lu Kang tahu budi dan balas budi, pergi membawa peti jenazahnya pulang ke tanah air, mengadakan upacara pemakaman secara resmi.

Setelah Lu Kang menjadi pejabat, memahami kesengsaraan rakyat, membuat banyak kebijakan sehingga mendapat penghormatan dari rakyat setempat, kemudian menjadi Bupati di Kabupaten Lujiang. Lu Kang memberi teladan dengan tindakan nyata, sehingga meninggalkan pengaruh mendalam bagi Lu Ji.

Hingga akhir masa pemerintahan Han Timur, Lu Kang menjalin persahabatan dengan jenderal tersohor Periode Tiga Negara yang bernama Yuan Shu. Suatu kali, Lu Kang membawa putranya Lu Ji yang masih berusia enam tahun pergi bertamu ke rumah Yuan Shu yang tinggal di Kabupaten Jiujiang, Yuan Shu amat senang, menyajikan sepiring jeruk buat sahabat baiknya itu.

     Ketika kedua seniornya sedang bercengkerama, Lu Ji yang berada di samping mengambil jeruk, mengupas kulitnya dan menikmatinya. Jeruk ini mengandung banyak air dan manis sekali, sehingga Lu Ji merasa amat senang. Ketika tangannya dijulurkan hendak mengambil jeruk kedua, tiba-tiba terlintas di benaknya : “Buah yang paling disukai mama adalah jeruk, tetapi beliau belum pernah menikmati jeruk yang begitu manis dan lezat”.

Pikir punya pikir, mendadak senyuman wajah mama yang penuh kasih sayang muncul di pikirannya……..maka itu Lu Ji menahan keinginannya untuk memakan buah jeruk kedua, dengan penuh hati-hati dia mengambil tiga butir jeruk dan dimasukkan ke dalam pelukannya, dalam hatinya berpikir jeruk-jeruk ini akan dia berikan pada mama, beliau pasti akan sangat gembira!

Oleh karena kedua orang dewasa larut dalam perbincangan, siapapun tidak memperhatikan gerak gerik Lu Ji. Sampai ketika Lu Kang dan anaknya hendak pamit, tampak kedua lengan Lu Ji mendekap sesuatu di pelukannya, begitu hati-hati turun dari bangkunya dan mengikuti langkah ayahnya hingga di hadapan tuan rumah, memberi hormat dan pamit.

Namun tak terduga ketika Lu Ji hendak membulatkan kedua kepalan tangan membungkuk memberi hormat, tiga butir jeruk yang kuning mengkilap jatuh dari dekapannya, berguling-guling di lantai.

Yuan Shu yang melihat pemandangan ini, tidak mampu menahan diri untuk tertawa terbahak-bahak, kemudian sengaja membuat wajahnya tampak serius : “Kamu datang ke rumahku sebagai tamu, kenapa malah membawa kabur jerukku?” Lu Ji dengan panik segera berlutut dan berkata : “Maaf, mama saya paling suka makan jeruk, jeruk di rumah anda sangat manis, saya ingin membawa beberapa butir buat mama.”

Setelah mendengarnya, Yuan Shu sangat tercengang, sekejab kemudian wajahnya berubah menjadi amat bersukacita, dalam benaknya mengeluh : “Anak yang masih begitu kecil dapat setiap saat memikirkan apa yang terbaik buat ibundanya, bahkan mengerahkan segenap kemampuan untuk mewujudkannya, sungguh langka dan bernilai!” Tindakan Lu Ji yang menyimpan jeruk dalam dekapannya buat ibundanya dan sifat alaminya yang tulus, membuat orang-orang yang hadir saat itu menjadi amat terharu, semua orang memberi pujian.

Ketika kita menelusuri buku sejarah untuk memahami jejak Lu Ji, maka akan menemukan bahwa Lu Ji meskipun baru berusia enam tahun sudah tahu memikirkan hati ayahbunda, ini diperoleh dari pendidikan keluarga yang baik. Selain teladan yang diberikan ayahbunda, dia juga membaca buku klasik dan sejarah, pemikiran dan teladan dari insan suci dan bijak yang tak terhingga, sejak usia dini telah ditanam di dalam lahan hatinya.

Dapat dilihat bahwa pendidikan etika moral bagi anak-anak lebih penting dari segala pendidikan lainnya, ini merupakan landasan bagi terwujudnya keberhasilan dalam hidup manusia. “Berbakti” merupakan dasar warisan keluarga, sejak usia dini putra-putri diajari untuk senantiasa memikirkan kepentingan ayahbunda, menetapkan landasan yang benar untuk menjadi manusia yang seutuhnya.

Seiring dengan berlalunya waktu, manusia semakin asing dengan ajaran para insan suci dan bijak, dalam kehidupan masa kini, dapat dilihat bahwa baik dalam hal makanan maupun pakaian, atau mengendarai mobil atau berbelanja di mall, yang terpikir di benak ayahbunda adalah mendahulukan kebutuhan anak-anaknya, bagaimana agar dapat memanjakan putra putrinya, ini berbanding terbalik dengan cara ayahbunda jaman dulu yang lebih menitikberatkan pendidikan tata krama buat putra putrinya.

Ayahbunda menyayangi anak-anaknya, jika bukan dengan prinsip yang benar, maka hanya akan mencelakai putra putri. Ayahbunda masa kini memberi teladan pada putra putrinya bagaimana “mengabaikan orang tua dan memanjakan anak-anak”, hal ini telah mengajarkan pada generasi penerus prinsip yang terbalik dengan kebenaran, sehingga membuka lembaran menyayat hati dalam skenario keluarga yakni “ayah tidak menunaikan kewajibannya sebagai ayah, anak melalaikan kewajibannya sebagai seorang anak”.

Ketika kita mempergunakan hati yang selalu menuruti kemauan sendiri, serta hati yang memanjakan anak-anak kita, mengapa kita tidak mencoba untuk melimpahkan kasih sayang ini kepada ayahbunda yang telah melahirkan dan membesarkan diri kita, dengan tindakan nyata memberi teladan bagi anak cucu? Dengan hati dan tindakan yang tahu budi dan balas budi untuk mendidik putra putri, membantu mereka menetapkan landasan bagi kehidupan manusia yang bahagia dan seutuhnya, ini barulah kasih sayang yang bermanfaat dan sesungguhnya kepada putra putri.         




陸績懷橘

陸績,字「公紀」,三國時期吳國人。他的父親陸康孝順良善,曾被當地太守李肅舉薦為「孝廉」。後來李肅不幸客死異鄉,陸康知恩報恩,親自將他的靈柩送回穎川,禮數周備地為他操持了葬禮。

陸康做官以後,體恤百姓疾苦,辦了許多實事,深得當地百姓們的敬愛,後來成為廬江太守。陸康的言傳身教,給年幼的陸績以至深的影響。

時值東漢末年,陸康和後來成為三國時期著名將軍的袁術交情非常好。有一次,陸康帶著年僅六歲的兒子陸績,到居住在九江的袁術家裡作客。袁術非常高興,端出橘子熱情招待他們。

長輩們談話的時候,陸績就坐在一旁剝橘子吃。這橘子甘甜汁多,吃得陸績美美的。當他伸手再拿第二個的時候不由得想起:媽媽最愛吃的水果就是橘子了,可她還從來沒有嘗過這麼好吃的橘子。想著想著,陸績的眼前就浮現出媽媽慈愛的笑容……於是,陸績忍住了自己再吃橘子的念頭,而是小心翼翼地拿了三個裝進懷裡,心想把這些橘子帶給媽媽,她該多高興啊!

由於大人們談話都很投入,誰也沒有察覺到陸績的這個小動作。等到陸康父子準備告辭的時候,只見陸績兩臂夾緊,雙手抱在胸前,小心翼翼地從椅子上滑下來,隨同父親走到主人面前,鞠躬施告別禮。

不料當陸績雙手作揖,畢恭畢敬地彎下腰來躬身作禮的時候,三個黃燦燦的橘子突然從他胸口的衣襟裡「咚咚咚」地掉了出來,滾落在地上。

袁術見此情景,禁不住開懷大笑,然後又故意板起臉孔說:「你來我家作客,怎麼還把橘子帶走啊?」陸績慌忙跪在地上說:「對不起,我媽媽最愛吃橘子,您家的橘子特別甜,我想帶幾個回去給媽媽。」

袁術聽了之後感到非常驚訝,隨即臉上又現出喜悅之色,內心不禁感嘆:這麼小的孩子就能時時惦記母親的喜好,並盡力成全,實在難能可貴呀!陸績懷橘敬母的行為和他率真的天性,也使在場的人都深受感動,大家不禁交口稱贊。

當我們深入史書瞭解有關陸績的記載,就會發現陸績六歲就懂得體念親心的行為並非偶然,實為得力於良好的家庭教育。除了父母以身作則外,他還研讀經史,無數古聖先賢的存心和德行,從小就在他心裡紮下了根。

可見,童蒙的教學比人生任何階段的學習都要重要,它是攸關人一生成就的基礎。「孝」為傳家之本,自幼教育子女時時處處為父母著想,奠定做人立身處世正確的基本態度。
隨著人們對聖賢教誨的逐漸疏遠,在當今日常生活中,可以看到無論是穿衣吃飯,還是乘車購物,父母首先想到的都是孩子的需要,所做的都是對孩子習氣的縱容和喜好的滿足,這跟古時候父母對子女童蒙養正的做法恰恰相反。

父母愛子女若不遵循正確的原則,則是害了子女。當父母在子女面前做出「棄老寵幼」的舉動時,無疑是教給孩子本末倒置的人生態度,拉開了這個家庭「父不父、子不子」人生悲劇的序幕。

當我們習慣於隨著自己的私情,將過度的嬌寵妄施給孩子的時候,何不轉念帶領孩子將孝愛回報給生養我們的父母,以身作則為子孫樹立起為人子的行為典範?以知恩報恩的存心和行為潛移默化地熏陶子女,幫助他們奠定幸福美滿的做人基礎,這纔是惠及子孫的真愛。