Rabu, 26 November 2014

Ibunda Mencius Yang Bijak



Cerita Budi Pekerti

Ibunda Mencius Yang Bijak


Di dalam “Kitab Tiga Aksara” ada sebuah kalimat yang sudah tidak asing lagi bagi kita semuanya yakni “Tempo dulu ibunda Mencius berpindah rumah demi mencarikan lingkungan hunian yang tepat buat Mencius”. Ibunda Mencius bermarga Zhang, dalam perkembangan sejarah Tiongkok merupakan sosok pendidik anak yang sangat tersohor.

Ketika Mencius berusia tiga tahun, ayahnya meninggal dunia. Ibundanya menenun kain untuk menafkahi keluarga, mencurahkan segenap perhatian dalam membesarkan Mencius. 

Oleh karena rumahnya berdekatan dengan kuburan, maka itu Mencius suka bersama sekelompok anak-anak bermain-main meniru iring-iringan orang yang mengantar jenazah ke pemakaman. Ibunda Mencius menganggap ini tidak bermanfaat bagi perkembangan anak. Maka itu dia membawa Mencius pindah ke tempat yang berdekatan dengan perkotaan. Tetapi tidak lama kemudian bunda menemukan Mencius meniru gaya pedagang lapak yang berteriak-teriak menawarkan barang jualannya. Lagi-lagi ibunda Mencius harus memindahkan tempat huniannya lagi, kali ini rumahnya berada dekat sekolah.

Pada masa itu guru di sekolah bukan saja mengajari murid-muridnya membaca puisi dan mengetahui tata krama untuk menjadi manusia yang seutuhnya, namun juga mengajari murid-murid tentang bagaimana dalam keseharian memperlakukan orang lain, makhluk hidup dan benda mati serta menangani masalah. 

Sejak pindah ke rumah yang berdekatan dengan sekolah, Mencius bukan hanya dapat menghafal klasik di depan ibundanya, bahkan juga dengan sendirinya dalam kehidupan keseharian dia meniru teladan yang diberikan oleh guru sekolah serta tata krama. Ibunda Mencius melihat manfaat pendidikan yang telah diberikan oleh sekolah, maka dia memutuskan untuk menetap di tempat hunian tersebut. Hal ini kemudian dikenal dengan sebutan “Ibunda Mencius berpindah tiga kali”, tersebar luas turun temurun hingga sekarang. 

Setelah dewasa dan menikah, Ibunda Mencius juga tidak lupa untuk tetap memperhatikan hal-hal yang sekecil-kecilnya dalam kehidupan keseharian, membantu Mencius untuk memperbaiki dan meluruskan etika moral yang masih belum sempurna.

Suatu hari cuaca sangat panas. Mencius kebetulan hendak masuk ke dalam kamarnya, tiba-tiba dia menengadahkan kepalanya dan melihat istrinya yang bermarga You, menggulung lengan bajunya ke atas hingga tampak kedua lengan tangannya (orang jaman dulu harus berpakaian dengan menutupi keseluruhan tubuhnya, jadi tidak boleh ada bagian tubuh yang tampak selain wajah dan kepala).

 Mencius yang sangat menjunjung tinggi tata krama, hatinya sungguh tidak senang, sehingga menghentikan langkahnya dan tidak jadi masuk ke dalam kamar. Orang jaman dulu sangat menitikberatkan pada hubungan pria dan wanita yang berlandaskan pada tata krama. Andaikata bukan satu keluarga atau hubungan khusus maka pria takkan sembarangan masuk ke dalam kamar wanita.   

    Istri Mencius melihat suaminya yang tidak jadi memasuki kamar, jadi mengerti akan prilakunya sendiri. Sang istri amat bersedih hati hingga memutuskan minggat dan pamit pada mertua perempuannya : “Saya melihat suamiku sendiri berdiri di depan pintu kamar, sesungguhnya saya tidak melanggar tata krama untuk tamu. Kini suamiku menggunakan tata krama tamu dalam memperlakukan diriku, ini berarti saya tidak berprilaku dengan baik, barulah suamiku memandang diriku sebagai tamu. Sebagai tamu maka seorang wanita tidak boleh bermalam di rumah tersebut. Jadi sekarang saya akan pamit pada anda, pulang ke rumah ayahbundaku”.  

Mendengar ucapan menantunya, ibunda Mencius segera memanggil putranya datang menghadap. Mendengar suara bunda memanggilnya, Mencius tidak berani lalai dan segera hadir di  hadapan bundanya : “Ibunda memanggil ananda, ada apa gerangan?”

Ibunda Mencius menjawab : “Di dalam Li Ji (klasik tata cara) tercantum bahwa waktu masuk ke dalam ruang tamu maka suara harus ditinggikan sedikit, agar orang yang berada di dalam rumah mengetahui ada tamu yang datang dan memiliki persiapan diri. Andaikata kita hendak berjalan ke kamar, setelah kaki melangkah melewati sekat pembatas pintu, mata sepasang mata harus melihat ke arah bawah, untuk menghindari melihat kesilapan orang lain, sehingga orang lain tidak merasa kikuk. Kini terhadap tata krama, kamu masih juga tidak memahaminya, malah menyalahkan orang lain, bukankah ini telah bertentangan dengan semangat tata krama tersebut?”

Setelah mendengar ucapan ibunda, Mencius melakukan introspeksi diri dengan mendalam bahwasannya dirinya sendiri terhadap tata krama masih belum memahaminya secara benar, rasa malu muncul dengan sendirinya. Tampak dirinya memberi penghormatan kepada bunda dan berkata : “Terima kasih atas didikan dari bunda, membantu ananda menunjuk letak kesalahan dan memperbaiknya, sehingga ananda dapat selangkah lebih maju dalam mengenal tata krama. Kini ananda telah tahu bersalah, pasti akan dengan serius melakukan introspeksi diri dan memperbaiknya, mohon bunda tidak khawatir”.

Setelah Mencius selesai berkata pada ibundanya, di hadapan bundanya dia membalikkan badannya menghadap istrinya lalu melakukan penghormatan meminta maaf dan berkata : “Kejadian tadi adalah kesalahanku, sehingga anda merasa telah diperlakukan secara tidak adil, kini dengan kesungguhan hati saya memohon agar dirimu bersedia tetap tinggal di sini……”

Sang istri yang melihat Mencius begitu tulus, dengan senang hati menganggukkan kepalanya. Pada saat ini, dari wajah ibunda mengalir keluar senyuman memuaskan, perasaan sukacita juga memenuhi lubuk hati pasangan suami istri tersebut. Sang bunda yang penuh pengertian, telah mempertahankan kebahagiaan rumah tangga putra dan menantunya.

Konfucius berkata bahwa seorang ksatria senantiasa mawas diri dalam setiap ucapan dan tindakannya sehingga terhindar dari melakukan kesalahan, dalam berinteraksi dengan orang lain senantiasa menjaga tata krama, sopan dan rendah hati. 

Inti dari tata krama adalah bentuk penghormatan pada manusia dan makhluk lainnya dan bukan dengan menggunakan tata krama untuk menghakimi orang lain. Dapat dilihat bahwa tata krama terlebih dulu adalah mengandung sebutir hati cinta kasih yang setiap saat dapat merasakan apa yang dibutuhkan insan lain, lalu dapat mewujudkan ke dalam adalah menjaga ketulusan dan rasa hormat, di luar adalah harmonis dengan insan lain. Hanya dengan demikian, barulah tata krama dapat menjadi cara yang fleksibel dalam jalinan hubungan antara sesama manusia.

Kemudian, Mencius mewarisi dan mengembangkan pemikiran Konfusius, sepanjang hidupnya dia menggalakkan sistem pemerintahan yang berkebajikan. Ajaran Konfucius dalam perkembangan sejarah Tiongkok selama beribu-ribu tahun telah menjadi pemelihara keharmonisan hati insani, pendidikan merupakan unsur penting bagi jalinan hubungan antar manusia untuk menciptakan kondisi masyarakat yang stabil. Mencius juga oleh karena alasan ini sehingga kelak di kemudian hari orang-orang memberinya gelar sebagai “Insan Suci Kedua”. (Konfusius adalah orang suci pertama) 

Orang tempo dulu berkata : “Kandungan wanita adalah tempat insan suci dan bijak dihasilkan, pendidikan dari bunda merupakan sumber bagi perdamaian dunia”. Bila kita mengamati perkembangan sejarah budaya Tiongkok yang panjang, tercatat ada tiga wanita mulia dari Dinasti Zhou, diantaranya adalah ibunda Konfusius yang bermarga Yan, ibunda Mencius yang bermarga Zhang, dan masih banyak sosok ibunda mulia lainnya yang tak terhitung jumlahnya, mereka telah mengerahkan segenap kemampuan untuk menjaga kemurnian batin anak-anak sejak usia mereka masih dini, menetapkan dasar pendidikan keluarga bagi putra putri untuk melangkah ke arah kehidupan manusia yang bijaksana.





孟仉留婦



「昔孟母,擇鄰處」,《三字經》中的這段話,大家耳熟能詳。孟子的母親仉氏在我國曆史上,以善於教子而著稱。

孟子三歲時,父親就去世了。母親一邊紡紗織布維持生活,一邊全部心思地關注著孟子的成長。

因為家住在墓地附近,所以孟子就經常和小朋友們一起,做一些模仿送葬類的遊戲。孟母認為這樣不利於孩子的成長。就遷居到一個市場附近。可是發現孟子很快又學起小販子沿街叫賣的事來。孟母就又遷居到學堂的附近。

當時學堂裡的先生不僅教學生們讀詩書,明白做人的道理,還教導學生日常生活中待人處事和接物的禮儀。

自從住到學堂附近後,孟子不但能將學到的經典,常常背給母親聽,還能自然地在生活中模仿學堂先生的行事和禮儀。孟母看到學堂對孩子的教化作用,就選擇在此定居下來。這件事後來被稱作「孟母三遷」,廣泛流傳至今。

孟子長大成婚後,孟母也時刻不忘在日常生活的點滴之中,幫助孟子不斷髮現和改正德行上的不足之處。

有一次,天氣非常炎熱。孟子正準備走進自己的房間,抬頭忽然看見妻子由氏,挽著上衣袖子,兩隻手臂露在外面。十分注重禮儀的孟子心中感到不悅,便停住腳步沒有走進房裡。

古時候的人們非常注重男女間交往的禮節。如果不是家人或特殊關係,男子一般是不會單獨進入女子所在的房間的。

由氏見孟子沒有進入房間,便明白了他的意思。她難過地到婆婆那裡去辭行說:婦人在自己房裡看見丈夫,本來是不行賓客禮節的。現在丈夫用賓客之禮要求我,說明是我做的不好,纔使丈夫將我當賓客看了。婦人家做客時是不能夠留下過夜的。所以,現在我只好向您告別,回到爹娘那裡去。

仉氏聽完兒媳的話後,立刻召喚孟子。孟子聽到後不敢怠慢,馬上快步來到母親面前說:「母親,您有什麼吩咐嗎?」

母親對孟子說:「《禮記》裡講,如果將要走上廳堂的時候,聲音一定要高一些,好讓裡面的人知道而有所準備。如果將要走進房間,邁過門限的時候,眼睛一定要向下看,以避免見到人家的疏漏或過失,使人感到尷尬。現在你自己對禮還尚且不明白,就去責備人家,豈不是背離了禮的精神嗎?」

聽了母親的一番話,孟子深刻地反省到了自己對禮的內涵並不真正明瞭,慚愧之心頓然生起。只見他向母親深施一禮說:「感謝母親的教誨,及時幫助兒子指正過失,並使我對禮有了進一步認識。現在兒子知道錯了,一定認真反省改過,請母親放心。」

孟子對母親說完,當著母親的面,轉身向由氏施禮道歉說:「剛纔是我的錯,使你受到了委屈,現在我真心地請你留下來……」

由氏見孟子如此真誠,也就欣然點頭。這時候,母親臉上露出了欣慰的笑容,夫妻二人的內心也隨之充滿了喜悅。母親深明義理,保全了兒子和兒媳的家庭幸福。

孔子曰:「君子敬而無失,與人恭而有禮。」禮的本質在於對人事物的恭敬,而不是用禮的形式去要求別人。由此可見,禮首先是懷有一顆時時感受他人需要的愛心,進而做到內守誠敬,外順人情。只有這樣,禮纔會成為人與人之間既愛敬又變通活潑的相處方式。

後來,孟子繼承併發展了孔子的「禮治」和「德政」思想,一生致力於提倡「王道」,主張「仁政」。孔孟之道在中國數千年的歷史長河中,成為了維繫人心和諧,社會安定的主要人倫教育。孟子也因此被後人尊奉為「亞聖」。

古人云:閨閫乃聖賢所出之地,母教為天下太平之源。縱觀歷史悠久的中華文明背後,閃動的是周朝三太、孔母顏氏、孟母仉氏等無數深明大體之賢母的身影,正是她們盡心地守護孩子幼小純淨的心靈,奠定了兒女走向智慧人生的家庭教育根基。