Senin, 06 Oktober 2014

Wu Meng Menyuapi Nyamuk



Cerita Budi Pekerti

Wu Meng Menyuapi Nyamuk

Wu Meng hidup pada masa Dinasti Jin, nama kehormatannya Shi Yun. Sejak kecil sudah sangat berbakti pada ayahbunda. Saat anak lain seusia delapan tahun masih bermanja-manjaan di dalam pelukan ayahbunda, Wu Meng sudah memahami bagaimana cara berbakti pada ayahbunda, marilah kita menyimak kisah baktinya berikut ini.

Baru saja memasuki musim panas, Wu Meng mendapati kedua mata ayahbunda dipenuhi darah dan memerah, sama sekali tidak bersemangat. Dia merasa aneh, apa yang menjadi penyebabnya. Kemudian setelah melalui pengamatan secara seksama, Wu Meng menemukan alasannya.

Ternyata kondisi keluarga Wu Meng sangat miskin, tinggal di dusun terpencil. Rumahnya sudah lapuk juga berdekatan dengan tepi sungai, maka itu nyamuk sangat banyak. Tetapi kondisi keluarganya yang miskin hingga tidak sanggup membeli sehelai kelambu. Maka itu setiap malam di musim panas, seluruh rumah dipenuhi oleh nyamuk-nyamuk yang berterbangan, menggigit ayahbunda sehingga tidak dapat tidur dengan nyenyak.

Lagipula ayahbunda harus bangun sebelum langit terang untuk pergi bekerja, selama seharian bekerja di luar harus menahan teriknya sinar mentari hingga kepala pun jadi pusing, setelah seluruh tenaga telah habis dikerahkan, pulang rumah seharusnya mendapatkan istirahat yang nyaman, tidur dengan nyenyak, sehingga hari berikutnya barulah bersemangat dan memiliki tenaga untuk bekerja kembali.

Sedangkan ibunda juga harus bangun pagi-pagi untuk bekerja sebagai pembantu, memperoleh sedikit uang untuk membantu nafkah keluarga, tetapi ayahbunda yang sudah kelelahan pulang ke rumah tidak mendapatkan istirahat yang cukup. Ini dikarenakan gigitan nyamuk sehingga tidurnya jadi tidak nyaman. Ternyata ayahbunda yang sudah kelelahan karena gigitan nyamuk sehingga tidak dapat tidur semalaman, lama kelamaan matanya memerah dan dipenuhi darah.

Wu Meng sangat menyayangi ayahbundanya, maka itu sangat panik. Dia terus berpikir dan berpikir lagi, akhirnya dia menanggalkan bajunya, berbaring di atas tempat tidur, membiarkan nyamuk-nyamuk di rumah menggigitnya. Dalam sekejab, nyamuk-nyamuk mengerumuni dirinya, dia tetap bersabar menahannya. Demi ayahbunda, dia sanggup menahan siksaan, menahan rasa gatal, menahan gigitan dari kerumunan nyamuk yang kelaparan dan haus darah.  

Karena dia takut andaikata mengusir kerumunan nyamuk tersebut, maka serangga penghisap darah tersebut pasti akan pergi memangsa ayahbundanya, dia tidak rela melihat ayahbundanya digigit nyamuk, maka itu membiarkan nyamuk-nyamuk tersebut mengenyangkan perut mereka sampai puas. Dia berharap semoga setelah nyamuk-nyamuk tersebut sudah kenyang, jangan lagi menggigit ayahbundanya. Akhirnya Wu Meng seringkali oleh karena gigitan nyamuk membuat sekujur tubuhnya bengkak-bengkak dan babak belur. Sepanjang musim panas dia harus menjalani siksaan serupa.

Dia adalah anak yang berbakti dan penuh perhatian pada ayahbundanya! Menggunakan darah dan dagingnya serta siksaan di tubuhnya untuk menggantikan agar ayahbundanya dapat tidur dengan nyenyak. Dalam usia yang masih kecil sudah begitu pengertian, bakti serupa ini sungguh mengharukan hati setiap insani.

Ayahbunda membesarkan putra putri, setiap hari harus mengkhawatirkan apakah anak-anak dapat makan dengan baik atau tidak, jika anak-anak berada di luar rumah, maka ayahbunda akan mengkhawatirkan apakah anak-anaknya berada dalam kondisi selamat, boleh dikatakan bahwa hati ayahbunda tak pernah terlepas dari kekhawatiran akan anak-anaknya.

Apalagi tiba saat musim panas, ayahbunda akan sibuk mengusir nyamuk agar anak-anaknya jangan menjadi santapan nyamuk, agar kulit anak-anaknya tetap mulus jangan ada bekas luka, dengan segala cara untuk mengusir serangga haus darah tersebut. Ketika sang anak memanjakan diri, maka ayahbunda akan segera mendekapnya ke dalam pelukan dan mengusapnya. Saat musim dingin tiba, ayahbunda akan takut anaknya kedinginan sehingga selalu menyelimutinya, ibunda akan lebih meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga anak-anaknya. Jika ada luka sekecil apapun pada sang anak, maka hati ayahbunda segera merasa tidak tenteram dan hatinya sangat tersayat.

Ayahbunda tak pernah mengeluhkan segala jerih payah yang dijalaninya, hanya berharap agar anak-anaknya senantiasa berada dalam kondisi selamat, memperoleh kehangatan, tumbuh besar dalam perlindungannya. Kasih sayang ayahbunda begitu mendalamnya, maka sebagai putra putri mereka, bagaimana kita tidak sanggup meneladani bakti Wu Meng, berkorban sedikit demi ayahbunda? Maka itu, kita harus meneladani bakti Wu Meng, memberi perhatian penuh pada ayahbunda, membalas budi ayahbunda.
  



       


吳猛是晉朝的人,字世雲。自幼就是非常孝順的人。

當其他八歲的小孩子還在父母的庇護下撒嬌時,吳猛就已經懂得如何孝敬父母了,我們來看看他這麼小的年紀到底是怎樣孝順父母的。

剛入夏,吳猛發現父母的眼睛老是佈滿血絲,紅紅的。沒有一點精神。他很奇怪。不知道為什麼,後來經多次細心的觀察,吳猛發現了原因。

原來吳猛家境非常貧寒,住在偏僻落後的地方。屋子破舊,又靠近小河邊,所以蚊子異常多。可家中又窮得買不起蚊帳。所以每逢夏夜,滿屋子的蚊子便嗡嗡的響,叮得父母這裡一個包,那裡一個包。攪得父母睡不了覺。

而且父親每天都起早摸黑的到外面幹活兒,在外已經被炎炎烈日曬得頭暈腦脹,筋疲力盡了,回來後應該好好休息,睡一覺,第二天才有精神和體力繼續幹活。而母親也要大清早就到外頭去幫傭,賺一點錢補貼家用。勞累了一天的母親也疲憊不堪。父母本應該好好的休息。可都因為蚊子叮的睡不好。原來已經很疲憊的父母,是因為蚊子叮得晚上睡不好覺,纔經常眼睛裡佈滿血絲。

吳猛非常心疼父母,很是著急。他想來想去,最後乾脆就把衣服脫掉,先去躺在床上,任憑屋子裡的蚊子來叮咬他。儘管蚊子那麼多,統統圍在他的身上,他還是忍耐著。為了父母,他能忍受著痛、忍受著癢,忍受這些蚊子在他身上任意的叮咬。因為他怕他趕走了這些蚊子後,蚊子再去叮咬他的父母,他不忍心讓父母被咬,就任憑蚊子吃得飽飽的。希望蚊子叮了自己之後,不要再去咬父母。結果吳猛經常被蚊子咬得傷痕纍纍,滿身是包。而且整個夏天都如此堅持下來。

他是多麼孝敬、體貼父母的孩子!用自己的血肉和傷痛換來父母的安眠。小小的年紀,就這樣至情,這樣體貼親意,實在是非常感人。

父母養育兒女,整天擔心孩子吃不好,擔心出門發生意外,可以說照顧得無微不至。尤其到炎炎夏日,父母會驅蚊蟲來保護孩子細嫩的肌膚,用一切方法來趕蚊子。如果孩子撒嬌,父母親會把孩子抱在懷裡摟一摟、拍一拍。在寒冬裡,怕孩子半夜踢被子,母親會多次起來照看孩子。任何一點點的傷害,父母都會感到不安和心疼。

父母不計一切的辛勞,只希望孩子能在安全、溫暖、保護當中茁壯成長。父母愛護自己的子女是如此的情深,那麼為人子女的怎麼不能像吳猛這樣,為父母做一點回饋?所以說,我們一定要向吳猛學習,體貼父母,報答我們父母的親恩。