Sabtu, 29 November 2014

Cao E Melompat Ke Dalam Sungai



Cerita Budi Pekerti

Cao E Melompat Ke Dalam Sungai


Di Kabupaten Shangyu Provinsi Zhejiang, ada sebuah sungai yang disebut “Sungai Cao E”, sungai ini adalah untuk mengenang seorang putri berbakti yang bernama Cao E. 

Cao E hidup pada masa Dinasti Han Timur (25-220M), ayahnya bernama Cao Xu, seringkali melakukan pekerjaan mendayung perahu ke tengah sungai lalu menyanyikan sejumlah lagu untuk menyambut dewa.

Pada tahun 143 masehi, bertepatan dengan Cao E berusia 14 tahun. Suatu hari, Cao Xu sedang mendayung sebuah perahu kecil, dari Sungai Shun melawan arus pergi menyambut Dewa Pasang Surut. Tetapi tak terduga ternyata tiba-tiba muncul angin dan ombak yang tinggi, perahu kecil terbalik dipukul ombak, bagaikan sehelai daun yang berguguran, sejenak kemudian hilang ditelan air sungai, Cao Xu juga ikut jatuh ke dalam sungai. 

Oleh karena ombak yang terlalu besar, orang-orang yang berada di daratan melihat perubahan alam yang demikian mendadak ini, sesaat tidak tahu harus berbuat apa, tidak berdaya dalam waktu sekejab langsung memberi pertolongan, hanya bisa menghela nafas panjang lalu beranjak pergi.

Berita kematian segera tersebar sampai di Keluarga Cao, Cao E yang mendengar ayahnya tenggelam di dalam sungai, menangis pilu sambil berlarian ke tepi sungai. Sambil menangis pilu dan hatinya hancur berkeping-keping, sambil berteriak memanggil ayahnya, sambil berjalan sendirian menelusuri pinggiran sungai mencari ayahnya.

Demikianlah sehari, dua hari, tiga hari telah berlalu, Cao E berada di tepi sungai, siang malam tanpa henti mencari ayahnya, memanggil ayahnya, suara tangisannya telah tersebar hingga ke seluruh pelosok sungai. Tetapi sudah tiga hari berturut-turut, juga tidak ada kabarnya, apakah ayahnya sudah mati atau belum. 

Cao E terus menerus menangis hingga airmatanya sudah hampir mengering, tidak makan juga tidak tidur, setiap hari tak peduli siang dan malam dia berjaga di pinggir sungai, sambil menangis sambil mencari, semua orang yang melihatnya jadi ikut bersedih hati, setiap saat mereka datang menasehatinya agar menjaga kesehatannya baik-baik, Cao E berkata : “Terkecuali saya sudah berhasil mencari ayahanda, jika tidak, maka saya takkan menyerah”.

Setelah belasan hari berada di pinggiran sungai mencari dan terus mencari, siang dan malam tanpa henti, Cao E menyadari bahwa bila usahanya ini diteruskan, juga tidak mungkin bisa berhasil mencari ayahnya, maka itu dia melempar bajunya ke dalam sungai, kemudian berlutut di atas tepi sungai, menatap ke arah air sungai lalu berkata : “Ayah, andaikata anda mendengarkan diriku, merestui hati bakti ananda, maka biarkanlah baju ini tenggelam dimana tempat anda berada!” 

Sungguh mengherankan, baju yang dia lemparkan mengikuti arus sungai, setelah mengalir satu kurun waktu, di sebuah tempat berputar beberapa kali, lalu tenggelam ke dalam sungai. Cao E segera mengikuti arah dimana bajunya tenggelam, lalu dia juga ikut melompat ke dalam sungai.

Lima hari kemudian, permukaan sungai kembali tenang, ada orang yang terkejut melihat ada dua mayat yang mengapung di permukaan sungai, begitu melihatnya dari dekat, ternyata adalah Cao E yang sedang menggendong ayahnya. Meskipun ayah dan anak sudah tidak bernafas lagi, sekujur tubuh juga sudah dingin, tetapi Cao E masih menggendong dengan erat ayahandanya. 

Semua orang yang hadir saat itu melinangkan air mata, mereka mengatakan ini semua adalah berkat hati bakti Cao E yang telah menggugah Dewa Sungai sehingga dia berhasil menemukan jasad ayahnya, bahkan mengantar jasad ayah dan anak ke permukaan sungai. 

Setelah pejabat kabupaten setempat mengetahui hal ini, juga tergugah oleh hati bakti Cao E, memerintahkan agar jasad ayah dan anak ini dimakamkan dengan baik, lalu mendirikan sebuah batu prasasti, untuk mencatat kisah putri berbakti Cao E, agar semua orang bisa ikut memuja dan mengenangnya. 

Kemudian, masyarakat demi mengenang Cao E, di tempat dia melompat ke dalam sungai didirikan “Kuil Cao E”, dusun yang dihuni Cao E diberi nama “Dusun Cao E”, Sungai Shun juga diubah namanya menjadi “Sungai Cao E”. Menurut legenda hari dimana Cao E melompat ke dalam sungai demi menyelamatkan ayahnya bertepatan dengan lunar bulan ke-5 hari-5, maka itu, Festival Perahu Naga selalu dikaitkan dengan peringatan pada Cao E.

Kini, setiap tiba hari perayaan Festival Perahu Naga, semua orang akan merayakannya dengan cara yang berbeda, kemudian ketika kita tenggelam dalam suasana kegembiraan, apakah kita akan teringat pada kisah yang mengharukan ini dan juga menyadari akan makna yang terkandung di dalamnya? 

Berbakti pada ayahbunda adalah kebajikan yang indah dalam budaya Tionghoa yang diwariskan turun temurun, yang juga merupakan dasar menjadi manusia yang seutuhnya. Diri kita dan ayahbunda sesungguhnya adalah satu, ayahbunda adalah akar kehidupan kita. Andaikata kita melupakan ajaran bakti, tidak tahu budi dan balas budi, rumah tangga kita, karir dan masa depan kehidupan manusia, akan serupa dengan air yang tanpa sumbernya, mana mungkin dapat rimbun dan berbuah? Semoga putra putri di dunia ini janganlah melupakan dasar untuk menjadi manusia yang seutuhnya, segera mewujudkan bakti, sehingga seawal mungkin pepohonan rumah tangga kita, karir dan masa depan kehidupan manusia, akar pohonnya tertanam dengan mendalam dan kokoh, bertahan buat selama-lamanya.   





曹娥投江



在浙江上虞,有一條江叫「曹娥江」,這條江是為了紀念孝女曹娥而得名。

曹娥,東漢人,父親曹盱是一位術士,經常親自劃船到江中做一些唱歌迎神的工作。

漢安二年,也就是公元143年,這一年曹娥正好十四歲。一天,曹盱劃著一隻小船,從舜江逆流而上去迎接潮神。沒想到天有不測風雲,江面上突然起了風浪,小船被一個大浪打翻,就像一片落葉一樣,旋即被江水吞沒,曹盱也就隨之跌入江水之中。

由於江面風浪太大,岸上的人們面對這場突如其來的變故,一時不知所措,無法及時打撈相救,只好嘆息著離去。噩耗傳到曹家,曹娥聽到父親落江的消息,哭著奔跑到江邊,一邊悲痛欲絕地喊著父親,一邊沿江不停地尋找著父親。

就這樣,一天,兩天,三天過去了,曹娥在江邊日夜不停地尋找著,呼喚著,哭聲幾乎傳遍了整條大江。可是連續三日下來,也沒有找到,父親依然是生死未卜。曹娥哭乾了眼淚,不吃飯也不睡覺,每天日夜守在岸邊苦苦尋找,人們都非常同情她,紛紛來勸她要保重身體,曹娥告訴大家說:除非找到父親,否則絕不放棄。

在江邊連續尋找守候了十幾個晝夜後,曹娥知道這樣下去是不可能找到父親的,於是,她就將自己的衣裳拋到江水之中,然後雙膝跪在岸邊,對著江水說:「父親,如果您在天有靈,就成全女兒的孝心,讓這衣裳在您所在的位置沈下去吧!」說也奇怪,她拋出的衣裳隨著江水漂流了一段距離後,在一個地方打了幾個轉兒,就沈了下去。曹娥見狀趕緊循著衣裳沈下去的地方,縱身跳了下去。

五天後,江面變得異常平靜,有人隱隱約約看見下游的江面浮著兩具屍體,近前一看,原來是曹娥背著她的父親。雖然父女倆都沒有了氣息,身體已經冰涼了,但是,曹娥還是緊緊背著父親,一點也沒有放鬆。在場的人們見此都流下了眼淚,都說是曹娥至誠的孝心感動了江神,纔讓她在水下找回父親的屍首,並把他們送上水面。當地的縣官得知後,也被曹娥的孝心和壯舉深深感動,下令把他們父女好好埋葬,並且立了一塊碑,將孝女曹娥的事跡記錄下來,供人們瞻仰、懷念。

後來,人們為了紀念曹娥,就在她投江的地方建起了「曹娥廟」,曹娥所居住的村子也改名為「曹娥村」,那條舜江也就改稱為「曹娥江」。傳說曹娥投江救父那天是五月初五,所以,當地端午節的一系列紀念活動,自然也就與曹娥有關了。

如今每到端午節,人們都會以各種方式來慶祝節日,然而,當我們沈浸在節日喜悅的氣氛中時,是否還會記得這個淒婉感人的故事,並領悟到其中的真情真義呢?

孝敬父母是中華傳統美德,也是做人立身之本。我們與父母本為一體,父母是我們生命的根本。倘若忘失了孝道,不懂得知恩報恩,我們的家庭、事業與人生未來,就會如同無源之水和無本之木,又怎會枝繁葉茂,碩果纍纍呢?祈願天下兒女勿忘立身的根本,及時行孝,早日使我們的家庭、事業與人生未來之樹,根深蒂固,萬古長青。