Senin, 10 November 2014

Jiang Ge Menggendong Ibunda



Cerita Budi Pekerti

Jiang Ge Menggendong Ibunda

Pada akhir masa Dinasti Han, Wang Mang merampas tahta dan menjadi kaisar, namun sayangnya dinasti baru gagal menjalankan pemerintahan, sehingga kekacauan dan pemberontakan terjadi di mana-mana. Ketika itu di Linzi (distrik di Kota Zibo, Shandong) terdapat seorang yang bernama Jiang Ge, nama kehormatannya adalah Ci Weng, sejak kecil telah kehilangan ayah, bersama ibundanya mereka hidup saling mengandalkan.

Saat itu peperangan terjadi di mana-mana, bandit-bandit juga berkeliaran di empat penjuru. Mereka bukan hanya merampas harta dan makanan penduduk, bahkan juga menangkap kaum pria dan memaksanya untuk ikut bergabung dalam komplotan bandit. Demi menghindari kekacauan, Jiang Ge menggendong ibundanya meninggalkan kampung halamannya. Ibunda sudah berusia lanjut, kakinya tidak leluasa berjalan, untuk mengurangi beban penderitaan ibunda akibat mengungsi, Jiang Ge setiap hari menggendong ibundanya menempuh perjalanan berkelana.

Pepatah berkata : Berkelana di luar tidak senyaman berada di dalam rumah. Jiang Ge menggendong ibunda, sepanjang jalan menghadapi angin dan alam terbuka, masih harus menghindari kelompok bandit. Jauhnya perjalanan yang harus ditempuh dan medan yang susah, sebagian orang akan memilih untuk tidak membawa barang bawaan, untuk menghindari kesulitan di jalanan. Lain halnya dengan Jiang Ge, meskipun tubuh ibundanya yang sudah tua renta terasa lebih ringan, namun setelah menempuh jarak tertentu, Jiang Ge akan kelelahan hingga keringat berkucuran membasahi wajahnya.

Bunda menyayangi anaknya, ingin berjalan sendiri saja, namun Jiang Ge berkata : “Ananda menggendong ibunda, adalah serupa dengan ketika ibunda menggendong ananda saat masih kecil dulu, merasakan kehangatan kasih sayang ibunda, hati ananda sungguh merasa bersukacita, terasa diri sendiri begitu memiliki berkah, dapat setiap saat menjaga dan merawat ibunda, maka itu semakin berjalan semakin merasa bersemangat”.

Setelah berjalan beberapa lama kemudian, bunda merasa haus, Jiang Ge segera mencari air ke mana-mana untuk diminum ibundanya; bunda merasa lapar maka dia akan berusaha mencarikan makanan yang disukai ibundanya; saat malam tiba, dia akan berusaha mencari tempat menginap, agar bunda dapat tidur dengan nyaman. Berada di dalam sekelompok pengungsi, Jiang Ge setiap saat selalu terpikir akan keselamatan bunda dan malah melupakan kelaparan, kehausan dan kelelahan yang dialaminya sendiri.

Dalam pelarian, para pengungsi yang melihat Jiang Ge yang begitu berbakti, dengan sendirinya timbul rasa hormat padanya, namun ada juga segelintir orang yang tidak memahami dirinya, karena dalam kondisi yang serba susah, untuk menyelamatkan diri sendiri saja sudah begitu sulit, apalagi harus menggendong bunda yang sudah berusia lanjut. Tak peduli itu adalah pujian atau celaan, Jiang Ge tidak pernah menaruhnya di hati, menurutnya seorang manusia hidup di dunia ini, tugas utamanya adalah berbakti pada ayahbunda, bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya, sama sekali tidak dipedulikannya.

Dalam pelariannya, sepanjang jalan Jiang Ge berkali-kali bertemu dengan gerombolan bandit, hendak menangkap Jiang Ge dan memaksanya ikut bergabung. Setiap kali menghadapi situasi mencekam seperti ini, Jiang Ge akan memohon dengan linangan air mata di hadapan para bandit dan berkata : “Sejak kecil saya telah kehilangan ayahanda, ibunda membesarkan dan mendidik diriku dengan susah payah, sehingga menjadi insan berguna. Andaikata tidak ada jerih payah ibunda, mana mungkin ada diriku seperti sekarang ini. Andaikata saya mengikuti paduka pergi, meninggalkan ibunda yang sudah lanjut usia sendirian, sementara kekacauan terjadi di mana-mana, pedang dan tombak juga tak mengenal belas kasih, bagaimana ibundaku dapat melindungi nyawanya sendiri, bagaimana harus melewati hari-hari selanjutnya. Mohon paduka mempertimbangkan bahwa saya masih harus menjaga dan merawat ibunda, sudi kiranya melepaskan kami berdua”.

Pemimpin kelompok bandit yang melihat permohonan Jiang Ge yang demikian tulusnya, jadi tersentuh oleh hati baktinya, maka itu tidak tega menghabisi nyawanya, juga tidak tega memaksanya untuk ikut bergabung. Beginilah berkali-kali Jiang Ge menggugah para bandit, mengubah petaka menjadi keselamatan.

Dapat dilihat bahwa sifat manusia pada dasarnya adalah baik, di dunia ini tidak ada orang yang tidak dapat dididik, menjadi bandit juga bukan sifat dasar mereka, oleh karena saat itu sedang terjadi kekacauan sehingga didesak oleh keadaan. Andaikata dengan bakti dapat membangkitkan kembali sifat dasar mereka yang baik, maka mereka juga akan kembali ke jalan yang benar, memulai lembaran kehidupan yang baru.

Kemudian setelah terbebas dari ancaman bandit, Jiang Ge menggendong ibundanya melanjutkan perjalanan, setelah menempuh jarak ribuan li mereka tiba di Kabupaten Pi di Jiangsu, lalu menetap di sini. Pahit getirnya hidup tak mengenal belas kasih, Jiang Ge dan ibundanya harus memulai segalanya dari awal lagi, Jiang Ge sangat miskin hingga pakaiannya sudah tak layak pakai lagi, juga tidak memiliki uang untuk membeli sepatu sebagai alas kaki, dengan kaki telanjang dia bekerja sebagai pelayan dan memperoleh sedikit uang untuk mempertahankan hidupnya.

Meskipun penghasilannya begitu sedikit, namun Jiang Ge berhemat cermat, sehingga dapat memberikan apa yang terbaik buat ibundanya. Segala keperluan ibunda sehari-hari, tidak ada yang kekurangan, apa yang diperlukan ibunda, yang ingin dimakan, yang ingin dipakai, mengerahkan segenap kemampuan untuk memenuhinya, tidak ada satupun yang diabaikan. Apa yang dilakukan Jiang Ge adalah seperti yang tercantum dalam Klasik Bakti (salah satu dari 13 klasik Konfusius), yakni : “Berhemat cermat demi menghidupi ayahbunda”.

Kemudian, ibunda Jiang Ge meninggal dunia, dia sangat bersedih hati, air matanya berlinang terasa bagaikan anak yatim piatu yang tiada tempat bergantung lagi. Perasaan dukanya yang mendalam telah membuat para tetangganya jadi terharu. Selama tiga tahun Jiang Ge tinggal di samping kuburan ibundanya, dengan penuh ketulusan dia mengenang kebajikan ibundanya, hingga waktu tidur juga takkan melepaskan pakaian berkabungnya.

Masa perkabungan selama tiga tahun telah selesai dijalaninya, namun dia masih juga tidak ingin melepaskan pakaian berkabungnya, sehingga menggugah pejabat tinggi setempat yang kemudian mengutus orang untuk menghiburnya, juga memberinya rekomendasi mengikuti ujian negara. Tetapi Jiang Ge tidak berminat pada ketenaran dan keuntungan, menolak kesempatan untuk menjadi pejabat, kemudian kaisar menganugerahkan padanya jabatan menteri, namun setelah menerima titah kaisar tersebut, tidak berapa lama kemudian dia segera mengundurkan diri dari jabatannya.

Kaisar sungguh merindukan seorang pejabat yang memiliki kepribadian seperti Jiang Ge, terakhir membuat keputusan bahwa para pejabat istana setiap tahunnya harus memberi perhatian pada Jiang Ge, meskipun dia telah mengundurkan diri dari jabatannya, namun pihak istana kekaisaran masih juga memberinya gaji hingga seumur hidup. Karena pengamalan bakti Jiang Ge dapat menjadi teladan bagi seluruh umat manusia di bawah kolong langit. Dapat dilihat bahwa seseorang yang dapat mengamalkan bakti, pengaruh yang ditimbulkannya adalah betapa luas, mendalam dan jauh jangkauannya.

Dalam situasi yang penuh dengan gejolak dan kekacauan, pengamalan bakti Jiang Ge memang lebih sulit dibandingkan dengan sebagian orang. Dalam keadaan sedemikian, satu keluarga juga sudah kocar-kacir, masing-masing berusaha menyelamatkan diri masing-masing, boleh dikatakan pada waktu sedemikian, ini merupakan hal yang umum terjadi.

Jiang Ge menggendong ibunda, setiap mengungsi ke sebuah tempat, selain harus menjaga keselamatan ibunda, dia juga harus berhadapan dengan para bandit, makan tiga kali sehari selalu kesulitan, mengkhawatirkan kalau dirinya berhasil ditangkap oleh kelompok bandit, maka itu ketika berada dalam ancaman bahaya dan kondisi hidup yang penuh kesulitan, dia telah melakukan apa yang mustahil dapat dilakukan oleh semua orang.

Tetapi Jiang Ge telah mengerahkan usahanya yang paling maksimal, akhirnya dapat melindungi keselamatan dirinya sendiri dan sekaligus juga melindungi keselamatan ibundanya. Sesungguhnya dalam melewati hari-hari yang begitu susah dalam pelarian, dia masih mampu menunaikan kewajibannya sebagai seorang putra berbakti, sungguh ini adalah hal yang paling sulit.

Anak berbakti pejabat setia adalah bagaikan mentari dan rembulan yang selamanya menerangi dunia. Jiang Ge berhasil lolos dari ancaman maut, merupakan bakti terbesar pada ibundanya. Dapat dilihat bahwa baik buruknya lingkungan bukanlah alasan yang dapat mempengaruhi hati anak berbakti, asalkan kita memiliki sebutir hati yang tulus, dalam segala keadaan kita dapat mewujudkan bakti dan hormat pada ayahbunda.         




江革負母

東漢初年,王莽篡位,新朝的政治腐敗,導致戰爭頻繁,天下大亂。當時,臨淄有個人名字叫江革,字次翁,從小失去了父親,家裡只有母子兩人相依為命。

那時各地戰亂不斷,盜賊四起。盜賊不僅搶財物,還常常把家中的男子抓去,逼著他們入夥。江革為了避亂,乾脆背了母親棄家出走去逃難。母親年邁,腿腳不方便,為了儘量減少母親的顛沛流離之苦,江革整天背著母親奔波。

俗話說:在家千日好,出門一時難。江革背著母親,一路上風餐露宿,還要躲避盜賊。長途跋涉,一般人寧願少帶行李,以避免路途上的辛苦。而江革的母親雖然年老體重較輕,但走一段長路之後,江革往往累得滿頭大汗。母親心疼兒子,要下來自己走,江革卻說:孩兒背著母親,就像回到了小時候一樣,感覺到母親的溫暖,孩兒心裡很歡欣,感覺自己很有福,可以隨時侍奉母親,所以就會越走越有力氣。

走著走著,母親渴了,江革馬上到處討水給母親喝;母親餓了,他竭盡所能為母親準備可口的食物;天色將晚,他想方設法找住處,使母親能踏實地安歇。在倉皇逃難的人群中,江革念念想到的是母親的安全,全然忘記了自己的飢餓和疲勞。

在逃難的路上,許多人見到江革都肅然起敬,但也有少數人對他不理解,因為在這樣艱難的境況中,一個人連逃生都很難,更何況背負著白髮蒼蒼的高堂老母。無論是稱贊還是譏諷,江革都淡然處之,在他看來,一個人活在世上的頭等大事是孝順父母,別人的評價無足輕重,不用放在心上。

逃難當中,江革多次遇到盜賊,想要把江革劫去。每當面臨這種情形,江革便會在盜賊面前苦苦的哀求,痛哭流淚,對盜賊講:我從小失去了父親,孤苦伶仃,是母親茹苦含辛,把我拉扯成人。如果沒有母親,哪會有今日的我。如果我隨大王去了,留下孤零零的老母親,兵荒馬亂,舉目無親,母親如何保全生命,如何度過餘生。懇請大王念我有老母在,沒有人奉養,能放過我們。

盜賊看到江革如此誠心誠意的哀求,無不被他的孝心所感動,所以也不忍殺他,更不忍把他劫走。就這樣,江革屢次感動盜賊,化險為夷。可見人之初,性本善,天下無不可化之人,淪為盜賊也不是他們的本性,都是因為一時之亂,為環境所迫。如果能夠喚醒他們本性裡的孝順,盜賊也會洗心革面,重新做人。

後來盜賊被平息了之後,江革背著母親,千里迢迢流落到江蘇省下邳縣,在這裡居住下來。在舉目無親的異鄉,江革非常的貧窮,衣不蔽體,也沒有錢買鞋子穿,打著赤腳為別人當傭人,賺取微薄的收入來維持生活。即使賺的錢這麼少,但是江革省吃儉用,把最好的物品來孝養母親。凡是母親日常生活必需的用品,沒有一樣缺乏,母親需要用的、想要吃的、要穿的,盡最大的努力,沒有一樣不替母親辦到。江革所做就如《孝經》所言:用天之道,分地之利,謹身節用,以養父母。

後來,江革的母親去世了,他非常的哀傷,在廬墓之間大聲地哭泣,就像找不到父母而無依無靠的孩子一樣。他的哀慟逾恆,超過一般的常人,感動了鄰里之人。整整三年,江革結廬住在母親的墳旁,因為他摯誠地思念母親,連晚上睡覺的時候也不願把孝服除去。

三年的服喪期滿,他還不忍脫去孝服,感動了地方的父母官派人去安慰他,又舉薦他做了孝廉。但是江革淡泊名利,屢屢拒絕做官的機會,後來皇帝還聘他為諫議大夫。諫議大夫做了不久,他就辭官去了。

皇帝非常思念江革的為人,最後指派朝廷一定要年年慰問江革,雖然他已辭官,還是由朝廷來供養他一生所應得的俸祿。因為江革的孝行足以為天下的楷模。可見一個人能行孝,他影響所及有多廣、多深、多遠。

在亂世當中,江革行孝的確比一般人要艱辛困難。兵荒馬亂之中,妻離子散的比比皆是,一家人分散,骨肉分離,可以說是非常平常的事。江革背著母親,每逃難到一處,內有母親要照料、要保全,外又有盜賊在行搶,一日三餐都相當的困難,更怕有盜賊來抓走他,所以他是在險阻艱難中,全人所不能全。

但是江革盡了最大的力量,終於能保全自己身體的安危,而且還能保護他的母親。即使在這麼顛沛流離的日子裡,他仍然可以克盡為人子的孝道,實在是難中之難。所以後人稱頌他:挽車極勞古,逃賊最間關。太息江巨孝,能為人所難。

孝子忠臣,可以像日月一樣永恆地照耀世間。江革在這麼艱困的環境當中還能脫險,為母親做最好的孝養。由此可見,環境的好壞並不足以影響孝子的心,只要我們有一顆真誠心,任何環境我們都可以做到孝親、敬親。