Minggu, 02 November 2014

Shi-fu Menyembah Harimau



Cerita Budi Pekerti

Shi-fu Menyembah Harimau

Pada masa Dinasti Ming di Kabupaten Jinxian Provinsi Jiangxi hiduplah seorang terpelajar yang bernama Bao Shi-fu. Dia sangat berbakti pada ayahbundanya, belajar untuk mengejar intisari dari ilmu dan sastra, sangat menitikberatkan untuk menerapkan kebenaran yang tercantum di klasik dalam kehidupan sehari-hari, maka itu teori dan pengamalannya adalah sejalan, terutama moralitasnya mendapat junjungan dan rasa hormat dari orang banyak. Untuk lebih berbakti pada ayahbunda, meningkatkan kualitas pendidikan etika moral sendiri, dia menuju ke sebuah tempat yang disebut dengan sekolah swasta “Jurusan Seremonial” untuk menjadi staf pengajar.

Akhirnya tibalah pada penghujung tahun dimana dia dapat pulang ke rumah menjenguk ayahbundanya, Bao Shi-fu memendam rasa kerinduan yang menggebu-gebu pada ayahbundanya, dia mempercepat langkah kakinya dalam menempuh perjalanan pulang supaya bisa cepat sampai di rumah. Setelah menempuh jarak tertentu, dia tiba di hadapan sebuah bukit, dia memandang di sekelilingnya, tidak melihat adanya asap yang mengepul dan rumah hunian, di atas bukit dipenuhi pepohonan, hanya ada suara desiran semilir angin yang berhembus meniup ranting dan daun pohon.

Saat itu tiba-tiba Bao Shi-fu menggigil kedinginan, firasatnya memaksanya semakin mempercepat langkah kakinya untuk segera meninggalkan tempat tersebut, mendadak dari balik pepohonan menerjang keluar seekor harimau!

Dia tidak sempat menghindar, baju Bao Shi-fu sempat digigit oleh harimau yang hendak menerkamnya, dalam sekejab menyeretnya ke dalam rimba. Harimau itu meletakkan Bao Shi-fu di atas permukaan tanah, lalu membaringkannya di pinggir, sambil terengah-engah sambil memperhatikan Bao Shi-fu dengan ketat, sambil memperlihatkan gayanya yang hendak menelan Bao Shi-fu bulat-bulat.

Diantara detik-detik hidup dan mati, Bao Shi-fu sangat menyadari bahwa dirinya sulit untuk terhindar dari terkubur dalam perut harimau, maka itu dia segera mematahkan angan-angannya untuk melarikan diri dari cengkeraman maut, hanya bila teringat akan ayahbundanya yang sudah lanjut usia dan tidak ada yang menjaga mereka, dalam benaknya muncul rasa pilu yang tiada batas, harapannya untuk hidup kembali bergeliat.    

Bao Shi-fu menatap harimau yang ada di hadapannya, tidak sanggup lagi  menahan diri untuk bangkit dan bersujud padanya. Sungguh mengherankan, harimau itu seolah-olah memahami maksud hati Bao Shi-fu, lalu si raja hutan itu membaringkan diri di tempatnya dan tidak bergerak sama sekali, seakan-akan tergugah oleh hati dan tindakannya, pancaran matanya juga tidak begitu mencekam lagi.

Saat itu Bao Shi-fu juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi, hanya menyembah harimau itu tanpa henti, sambil berkata dengan tulusnya : “Oh harimau, saya tahu anda karena lapar maka ingin menelan diriku, ini adalah nasibku, saya takkan mengeluh. Hanya saja di rumahku masih ada ayahbunda yang sudah berusia 70 lebih, tidak boleh tidak ada yang menjaga mereka, andaikata anda memperbolehkan diriku pulang rumah untuk berbakti pada ayahbundaku, setelah tugas baktiku selesai, andaikata saya masih hidup, saya pasti akan mengantar tubuhku kembali untuk dimakan olehmu, apakah anda setuju?”, demikianlah Bao Shi-fu berulang kali memohon pada harimau.

Sang raja hutan yang dengan diam mengamati apa yang terjadi di depan matanya, tampaknya dapat menyelami ketulusan dan bakti Bao Shi-fu pada ayahbundanya, maka itu dengan perlahan dia bangkit berdiri, lalu membalikkan badan beranjak pergi meninggalkan Bao Shi-fu sendirian.

Bao Shi-fu dengan ketulusan dan hati baktinya telah menggugah harimau, setelah peristiwa ini tersebar luas, para penduduk tiada yang tidak salut pada moralitas Bao Shi-fu. Di kemudian hari demi memperingati peristiwa ini, sambil mendidik orang banyak agar tidak melupakan kewajiban dasar dari menjadi manusia yang seutuhnya, yakni berbakti pada ayahbunda, maka masyarakat menamakan tempat tersebut sebagai “Punggung Bukit Menyembah Harimau”. 

Sejak jaman dahulu kala hingga kini, di dalam sejarah tercatat banyak kisah nyata yang oleh karena hati bakti sehingga menggugah langit dan bumi, maka itu di dalam “Klasik Bakti” tercantum bahwa hati bakti yang setulusnya dapat menggugah seluruh isi bumi ini, meskipun harimau yang buas juga serupa tergugah oleh ketulusan bakti. Sebagai makhluk yang berakal budi, kita hendaknya senantiasa melakukan introspeksi diri, seberapa besar bakti dan ketulusan yang telah kita kucurkan untuk orang-orang di sekeliling kita?          





實夫拜虎

明朝洪武年間,在江西省進賢縣,有位名叫「包實夫」的讀書人。他對父母非常孝順,讀書務求實質,非常注重將經典中的道理,落實在自己的生活當中,所以他的學問可以說是表裡一致,德行的涵養更是深受大家的推崇與敬重。

為了更好地孝養父母,提陞道德學問,他到了一個叫「太常裡」地方的私塾教書。

終於到了年終省親的日子,包實夫懷著深深的思親之念,趕路回家看望父母。走了一段路程,來到一座山岡前,他四下環望,卻見周圍不見人煙,山岡上長滿了樹木,只有一陣陣的山風吹得樹葉沙沙作響。

此時,包實夫不由得渾身打了一個冷戰,正欲加緊腳步趕路,突然從路邊的樹林裡竄出一隻老虎!一個躲閃不及,包實夫被猛撲過來的老虎銜住了衣服,瞬間拖到了樹林裡。老虎將包實夫放在地上,然後伏在旁邊,一邊喘氣一邊緊盯著包實夫,並露出一副即將要把他吞掉的樣子。

在這性命危在旦夕的時刻,包實夫深知已難免葬身虎腹,也就不再妄想逃命,只是想到年邁的父母即將無人奉養,內心頓感萬分難過,求生的欲望又油然而生。

包實夫望著眼前的老虎,忍不住跪下去深深地拜了起來。說來也奇怪,老虎就像體會到了包實夫的用心,只見它伏在原地一動不動,仿佛是被他的存心和舉止所感動,目光也顯得不那麼可怕了。

這時候的包實夫也顧不上其它,一邊不停地拜著,一邊對老虎懇切地說:「老虎呀老虎,我知道你因飢餓,纔要把我吃掉,這是我的命運,我毫無怨言。只是我家中上有七十多歲的父母,不能沒人奉養,倘若你允許我此次回去終養父母,待此命完成後,假使我還活在世間,我一定把身體送給你吃,你看可不可以呢?」包實夫就這樣反復地向老虎哀求著。

老虎靜靜地看著眼前所發生的一切,似乎真的明白了包實夫對父母的真誠孝心,竟然默默地站起身來,放過包實夫轉身逕自離開了。

包實夫以至誠孝心,孝感老虎,竟得全歸的事情傳開以後,人們無不稱頌包實夫的德行。後人為了紀念此事,並教育更多人勿忘孝養父母的做人本分,就把那個地方取名為「拜虎岡」。

自古以來,史冊中就記載許多因為孝心而感動天地的真實故事,故《孝經》云:「孝悌之至,通於神明,光於四海,無所不通。」由此可見,至誠的孝心能感通世間的萬事萬物,即使是生性凶殘的老虎也一樣能感同身受孝的純誠。作為萬物之靈的我們,當時時反省自己,我們的孝誠開顯出幾分?