Rabu, 10 Desember 2014

Kemuliaan Zhuge Liang




Cerita Budi Pekerti

Kemuliaan Zhuge Liang

Zhuge Liang, nama kehormatannya adalah Kong Ming, merupakan seorang perdana menteri Kerajaan Shu Han pada periode Tiga Kerajaan (220-280). Kerajaan Shu Han adalah kerajaan yang didirikan oleh Liu Bei pada periode Tiga Kerajaan (Sam Kok). Pada akhir masa Dinasti Han berkuasa, dimana peperangan dan kekacauan terjadi, kemudian Liu Bei mengangkat dirinya sebagai raja dan mendirikan Kerajaan Shu Han. Liu Bei mengangkat Zhuge Liang sebagai perdana menteri, untuk menangani urusan militer.

Meskipun kedudukannya sebagai tangan kanan Liu Bei, namun Zhuge Liang selalu membedakan dengan jelas posisinya dan tahu diri, dia amat setia dan melakukan yang terbaik untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang pejabat, seluruh jasa yang diperolehnya dipersembahkannya kepada Liu Bei. Dia tidak pernah melangkahi Liu Bei. Dan Liu Bei sendiri juga memandang Zhuge Liang sebagai orang kepercayaannya dan sangat menghormatinya. Jalinan antara raja dan pejabat yang serupa ini, sungguh sulit ditemukan.

Pada musim semi tahun 223, Liu Bei jatuh sakit dan kritis, dia menitahkan agar Zhuge Liang segera pulang ke Chengdu, lalu menyampaikan pesan terakhirnya.  Liu Bei berkata : “Perdana Menteri memiliki bakat dan moralitas yang tinggi, bahkan melebih Cao Cao sepuluh kali lebih, anda pasti dapat menjayakan Bangsa Han (Bangsa Tionghoa), mensejahterakan negara. Bakat dan moralitas putra mahkota tidak mencukupi untuk mendukung negara, setelah dia bertahta, mohon perdana menteri mendukungnya. Andaikata dia dapat memahami bahwa Kerajaan Shu Han bukanlah mudah diperoleh, mau bekerja keras, maka mohon anda banyak membimbingnya. Andaikata dia tidak sudi bekerjasama, maka beta memohon padamu untuk mengambil kembali kekuasaan darinya, untuk selanjutnya nasib Dinasti Shu Han adalah tergantung pada anda bagaimana cara menanganinya”.

Keterangan :
Cao Cao (155-220) adalah negarawan terkemuka dan jenderal tersohor pada akhir masa Dinasti Han, pendiri dan raja pertama dari Kerajaan Cao Wei.

Zhuge Liang setelah mendengar ucapan Liu Bei, dengan isak tangis dia berkata : “Hamba selalu merenungkan budi paduka, meniru semangat ketulusan dan kesetiaan para insan suci dan bijak tempo dulu. Sepanjang hayat masih dikandung badan, hamba akan mengerahkan segenap kemampuan untuk mewujudkan seluruh pesan paduka, demi melayani negara dan rakyat, hamba takkan pernah berhenti hingga ajal menjemput”.

Liu Bei menurunkan titah memberi motivasi kepada putranya : “Urusan negara tak peduli besar maupun kecil, haruslah didiskusikan pada perdana menteri. Kesetiaan dan ketulusan perdana menteri kepada Kerajaan Shu han, bahkan langit dan bumi juga mengetahuinya. Kamu harus memandangnya sebagai ayahmu, menjunjung dan berbakti padanya”.  

Setelah putra Liu Bei bertahta, pada permulaan urusan negara baik besar maupun kecil, seluruhnya diputuskan oleh Zhuge Liang. Demi menunjukkan kesetiaannya pada kerajaan dan sikapnya yang tak pernah berubah, Zhuge Liang berkata dengan tulus kepada raja : “Rumah hamba ada di Chengdu, memiliki 800 batang Pohon Mulberry, 45 area persawahan. Keluargaku mengandalkan semua ini untuk mencari nafkah, dan bahkan sudah berkecukupan. Mengenai makanan dan kebutuhan para prajurit, dengan gaji yang diberikan oleh kerajaan, sudah mencukupi, hamba tidak perlu lagi mencari tambahan penghasilan apapun. Semoga suatu hari ketika ajal menjemput, takkan meninggalkan sandang maupun pangan yang berlebih, sehingga menyia-nyiakan budi mendalam dari istana dan perhatian yang paduka curahkan kepada beta”. Setelah Zhuge Liang wafat, ternyata benar, orang-orang menemukan di dalam rumahnya memang sedemikian.

Menjadi pejabat setia yang membantu menangani urusan negara, Zhuge Liang menetapkan undang-undang yang baik untuk Kerajaan Shu Han, menyusun barisan militer, mengembangkan perekonomian, menciptakan masyarakat yang aman dan sejahtera, memperkental budaya etika moral di dalam kehidupan bermasyarakat.

Saat urusan negara ditanganinya, pendidikan berkembang dengan jelas, hukum berkembang secara adil dan merata, namun bersih dan benar, tidak ada yang merasa tidak adil. Seluruh rakyat menjunjung kebajikannya, seluruhnya adalah berkat jasa perdana menteri yang adil tanpa ada kepentingan pribadi, dengan tulus mencintai rakyat. Saat Zhuge Liang memerintah, rakyat hidup dengan makmur, moralitas berkembang pesat.

Dalam memimpin pasukan militer, dia sangat jelas yang mana yang harus dihukum dan diberi penghargaan, ucapannya dapat dipercaya, juga sangat memahami jerih payah para prajurit, sehingga memperoleh perlindungan dan dukungan dari para prajurit, sehingga mereka merasa ikhlas mempertaruhkan nyawa demi mempertahankan keutuhan bangsa.  

Dalam memimpin pasukan militer melakukan peperangan di luar, dia selalu mengutamakan kebenaran dan ada aturannya, di dalam sejarah tercatat meskipun dia membawa pasukan ke negeri orang lain, namun dia senantiasa memperlakukan rakyat negeri orang bagaikan rakyatnya sendiri. Maka itu di setiap tempat yang kedatangan pasukan militer yang dipimpin Zhuge Liang, takkan membuat para penduduk setempat menjadi khawatir dan ketakutan.

Pada saat Zhuge Liang berusia 54 tahun, dia menyeret tubuhnya yang digerogoti penyakit, dia tetap memimpin pertempuran melawan  pasukan prajurit Raja Sima Xuan, pertempuran berlangsung hingga lebih dari seratus hari lamanya, pada tahun yang sama bulan delapan Zhuge Liang menghembuskan nafas terakhir. Selama sakit-sakitan dia tak pernah istirahat, tetap mengurus segala urusan militer. Saat itu dia sudah tidak sanggup menelan makanan apapun, para prajurit yang melihat tubuhnya makin kurus, tidak mampu menahan linangan air mata, tidak tega melihat kondisinya.  

Setelah perdana menteri wafat, pasukan prajurit yang sedang berduka tidak boleh  terlena dalam kesedihan, Yang Yi segera mengambil alih memimpin pasukan militer Shu Han, Raja Sima Xuan pasti mengerahkan pasukan untuk menggempur Kerajaan Shu Han. Teriakkan pasukan prajurit Shu Han begitu bersemangat, mereka melangkah maju dengan berani, ibarat Zhuge Liang masih hidup dan memimpin mereka, akhirnya mereka memenangkan pertempuran, Raja Sima Xuan segera memerintahkan pasukannya untuk mundur.

Sebelum meninggal dunia Zhuge Liang menulis surat wasiat yang berpesan agar jasadnya dikubur di Gunung Dingjun, Hanzhong. Kuburannya tak perlu terlalu besar, asalkan bisa menaruh satu peti mati sudah cukup, juga tidak perlu menggunakan benda apapun untuk dikubur sekalian dengan dirinya.

Setelah Zhuge Liang meninggal dunia, setiap tahun baru Imlek, masyarakat akan datang menyembahyanginya. Penduduk memperingatinya serupa dengan memperingati leluhur sendiri, mengingat dan mengenangnya.  

Pasukan militer Shu Han telah dibangun selama lebih dari 40 tahun lamanya, semua ini berkat dukungan dari Zhuge Liang, maka itu untuk mengenang jasanya, kerajaan membangun kuil untuk Zhuge Liang, seluruh penduduk berbondong-bondong menyembahyanginya.



  


孔明潔身

諸葛亮,字孔明,謚號「忠武侯」,是三國時期蜀漢的丞相。在漢朝末年的群雄征戰之中,劉備繼承漢統稱帝,建立了蜀漢,他任命諸葛亮為丞相,來統理軍國大政。

身為主上最為得力的輔佐,諸葛亮把自己身居次位的位置擺得很清楚。他極盡忠誠地完成為人臣子應盡的職分,所有的功勞都歸主上所有。縱使自己才識過人,也從未凌駕於君主之上。而劉備也視其為至為信任的股肱之臣,對他備極尊重。這種君臣間的知遇之交,可謂曠世少有。

章武三年春,先主劉備病情加重,他下詔把諸葛亮召回成都,對他交代了後事。劉備說:「丞相您的德能才略,高於曹丕十倍都不止,您必然能夠興復漢統、安定國家。皇子的才德並不足以持國,他繼位後,勞煩丞相您來輔佐他。如果他能夠體念我們蜀漢的天下,是多麼來之不易,還肯爭氣的話,您就對他多加教導。倘若他不肯振作,朕授予您廢除他的權力,到時候蜀漢的朝政,就由您來親自統領操持。」

諸葛亮聽到這些話,泣不成聲地說:「臣常念皇上浩浩恩典,常思傚法古來聖賢忠誠的志節。只要臣還活著一天,就一定會竭心盡力一心地效命、報效於朝廷,臣鞠躬盡瘁,死而後已。」劉備下詔誨勉他的兒子說:「國家大事無論大小,一定都要向丞相求教。丞相對我蜀漢天下的忠誠,是皇天后土所共知曉的。你要把他當成是自己的父親一樣,來尊崇和孝敬。」

後主即位之後,諸葛亮被封為「武鄉侯」,後來又兼任益州官,大大小小的政務都由諸葛亮來決斷。為表明自己對朝廷忠誠不二的志節,以及始終位居臣位的態度,諸葛亮曾經對後主懇切地說:「為臣的家裡在成都,有八百株桑樹、四十五頃的薄田。家人靠這些來生活,已經是綽綽有餘。至於臣出兵在外隨身的衣食用品,靠著朝廷的俸祿就足夠了,臣並不需要另外去籌措營生的產業,不需要為家裡添加任何的財產。希望有一天當臣過世之時,全家上下都不會留下任何多餘的衣食財物,而辜負了朝廷的深恩,與陛下的厚愛。」諸葛亮過世後,人們發現他的家裡果然是如此。

身為輔國的重臣,諸葛亮為蜀漢製定了完善的典章制度,他整飭軍隊,發展蜀漢經濟,強化社會治安,淳厚社會的道德風尚。在他當政的時期,對百姓的教化、政令行文都十分清楚明晰,法令嚴明而又合乎情理,政令峻切卻從未有人感到不平。蜀國上下之人都十分敬畏他的威德,凡此種種,無不歸功於丞相平等無私的愛民之誠。諸葛亮治理蜀漢的時候,百姓生活安定、物資充足,民風純樸厚道。他整肅了當時的朝政,給百姓以持之深遠的仁政與德教。

諸葛亮統帥軍隊賞罰分明,他法令嚴明、言出必信,而又非常體恤將士的勞苦,深得士兵們的擁護,使他們都願意為國家出生入死,甚至慷慨捐軀。他出戰在外無論是進與退都很有法度,用兵的時候,進退如風。出兵時軍威赫赫、氣度儼然。在歷史上,人們稱他帶兵「出入如賓」,縱使是在他國,也像是行走在自己的國土上,從未曾勞擾百姓。所以蜀國的軍隊出行,當地百姓也不會驚恐懮慮。

「功業飄零五丈原」,諸葛丞相五十四歲的那一年,他拖著病體,在五丈原和司馬宣王的軍隊一直相持了一百多天,其年八月諸葛亮溘然長逝。就在他病情很嚴重的時候,他仍然拖著虛弱的身體,夙興夜寐親自處理軍務。當時他已經吃不下什麼東西了,周圍的士卒見他日漸消瘦,都淚流滿面,不忍心再看下去。

丞相過世後,沈浸在悲慟之中的蜀軍秘不發喪,楊儀率領著軍隊整軍出行,宣王決定出兵追擊。蜀軍鼓聲大作,士兵奮勇地抗擊,就如同丞相生前統領著他們那樣,以赫赫的聲威,奮勇地拚殺在敵軍的面前。宣王被震住了,他不得不領兵撤退,但他無論如何都無法想到,諸葛丞相,早已長逝在軍旅之中。

「出師未捷身先死,長使英雄淚滿襟。」諸葛亮臨終前留下遺囑,讓後人把他安葬在漢中定軍山中。墓地不用太大,容得下一口棺材就夠了,也不要用任何的物品來陪葬。他臨終前出神入化的軍政部署,使得敵軍的首領宣王,也不得不由衷地佩服他是「天下的奇才」。諸葛亮過世之後,每逢年節人們都會自發地去祭拜他。百姓就像祭拜自己的祖先一樣,對他追思與緬懷。

蜀漢的國政得以奠立四十多年的基業,無不仰賴諸葛亮忠心耿耿的操持。朝廷感念他的德政與功勞,為他建立了祠堂,全國上下都去祭拜於他。鎮西將軍鍾會征伐蜀國,來到漢川的時候,也特別來到丞相祠堂去祭拜。他下令所有士卒,不許在丞相的墓旁放牧砍伐。威德的感化,連敵軍的首領也由衷地尊敬他。

《三國誌》的作者陳壽在任著作郎的時候,荀勖等人請他考定整理諸葛亮的遺著。一想到這位忠誠一生的老臣,在危難之時兢兢業業地輔弼國主,那忠勇的精神給予陳壽至深的感動。他細緻地整理遺稿,把它分成二十篇,記載在《三國誌》當中。諸葛亮留下的文集,點點滴滴記錄下許多頒令給臣民屬下的言辭,開誠佈公的心和孜孜不倦的教導躍然紙上。他留下的風範遺教,長久地化導著對他懷念至深的子民。

縱觀諸葛亮的一生,他在先主劉備過世之後,身為一國的宗臣,統理一國之政。總攬大權而又不失為國的禮度,堪為一國柱石。他事奉凡庸而又年幼的少主,兢兢業業恪守為臣的本分,未曾想要取而代之,他對後主所表白的心聲,至今讀起來仍令人對他的忠廉感懷萬千。

在《前出師表》中,諸葛亮曾經誠切地勸勉後主傚法堯舜,光耀先帝遺德,以承續長守不衰的平明之治。他強調前漢興盛的原因在於「親賢臣,遠小人」,後漢衰微的原因在於「親小人,遠賢臣」。因而應當謹言慎行,虛心接納忠臣的規勸。

孔子說:「雍也可使南面。」這是稱贊他的弟子冉雍的德行,能夠堪以重任,來治理一個國家。身為治世的良臣賢相,諸葛亮「受任於敗軍之際,奉命於危難之間」,在國家最艱困的時候,以為臣的忠義擔起了一國的重任。他兢兢業業,小心謹慎,唯恐有所閃失,而辜負了先主劉備的托付,辜負了他們以心相照的允諾。

同樣的,也正是這位真心相待的知己之主,纔鑄就了這樣一位忠心耿耿的義臣,為蜀漢的天下鞠躬盡瘁,耗盡最後的一滴心血。君臣之間知心之交,就如同皜月般地持久與真淳。

時隔數代,文天祥在《正氣歌》中,澎湃激昂地吟詠著「或為《出師表》,鬼神泣壯烈」,數百年、數千年後,多少人捧讀諸葛亮的《出師表》而淚落滿襟,這樣的忠義,這樣至誠,在世代中華子孫的血脈中傳湧。

「三顧頻煩天下計,兩朝開濟老臣心。」無論歷經過多少個朝代,每當人們漫步在肅穆的丞相祠堂中,沈痛地感懷追思丞相遺德之時,那句「臣鞠躬盡力,死而後已」不絕的餘音總縈繞在心懷……