Sabtu, 08 November 2014

Miao Tong Memukuli Diri Sendiri



Cerita Budi Pekerti

Miao Tong Memukuli Diri Sendiri

Di dalam “Da Xue” tercantum : “Jika ingin mengurus keluarga dengan baik maka binalah terlebih dulu moralitas diri”. Setiap insan asalkan dapat menggunakan sebutir hati yang “jika bertemu masalah, tanyakan kembali pada diri sendiri”, mengerahkan segenap kemampuan untuk mengamalkan ajaran budi pekerti barulah dapat mencapai tujuan pelatihan diri, mengurus keluarga, mengurus negara, mewujudkan perdamaian dunia.  

Keterangan :
Da Xue adalah salah satu dari Empat Klasik Konfusius yakni Da Xue, Zhong Yong (Doktrin Tengah), Lun Yu (Analects) dan Mencius.

Miao Tong hidup pada masa Dinasti Han (206SM-220M), nama kehormatannya (nama yang diberikan kepada seorang pria yang telah genap berusia 20 tahun pada era dinasti di Tiongkok) adalah Yu Gong. Saat masih berusia kecil, ayahbundanya telah meninggal dunia, meninggalkan Miao Tong empat bersaudara yang hidup dengan saling bergantungan. Sebagai abang sulung, Miao Tong dengan sendirinya harus memikul tanggung jawab berat membesarkan dan mendidik adik-adiknya.
                       
Kemalangan yang terjadi dalam keluarganya telah membuat Miao Tong dan adik-adiknya sejak belia telah merasakan penderitaan kehidupan manusia. Namun, cobaan hidup yang mendera telah membentuk kepribadian Miao Tong menjadi insan yang tegar. Terutama yang paling sulit ditemukan adalah dalam keadaan yang penuh kesusahan, membuat rasa kesetiakawanan dan persaudaraan Miao Tong semakin kuat yang timbul dari lubuk hati yang paling dalam. Dia sangat menyadari betapa besar tanggung jawabnya, andaikata tidak berhasil mendidik adik-adiknya sehingga menjadi manusia yang seutuhnya, maka bagaimana dapat bertanggungjawab pada ayahbunda di surga.

Meskipun mereka bersaudara hidup susah, tetapi berkat didikan abang sulung yang tak mengenal lelah, Miao Tong empat bersaudara dapat tumbuh dalam lingkungan yang sehat. Adik-adik juga sangat berterimakasih atas pengorbanan abang sulung, mereka amat menghormati Miao Tong. Demikianlah dalam kondisi hidup yang serba kekurangan, mereka hidup dengan saling mengandalkan, abang adik hidup saling dukung mendukung bagaikan kaki dan tangan, semakin hari jalinan persaudaraan semakin bertambah erat.

Beginilah satu keluarga meskipun harus menjalani pahit getirnya kehidupan, namun mereka masih dapat mengecap rasa manisnya. Keharmonisan abang adik ini juga membuat para tetangga merasa salut, orang-orang seakan tak percaya keluarga yang tak lengkap lagi, yang tanpa kasih sayang ayahbunda ini, malah lebih kompak dan terasa sempurna daripada keluarga lainnya.

Waktu berlalu dengan cepat, dalam sekejab mata empat bersaudara kini telah tumbuh dewasa. Mereka telah tiba pada usia berumahtangga, abang adik secara berturut-turut juga sudah memiliki keluarganya masing-masing. Tetapi, menikah adalah dimulainya memikul sebuah beban tanggung jawab yang baru. Keadaan yang menyenangkan hanyalah berlangsung sesaat saja, setelah tawa ria berlalu maka bagaimana membuka lembaran hidup yang baru, ini merupakan kenyataan yang harus dihadapi oleh empat bersaudara.

Oleh karena kini keluarga sudah bertambah banyak anggota baru, kehidupan juga tidak serupa waktu dulu begitu leluasanya. Tinggal bersama di bawah satu atap, istri-istri mereka masing-masing juga memiliki tabiat yang berbeda sehingga sulit terhindar dari nada ketidakharmonisan. Gesekan yang terjadi kadang kala menimbulkan kesedihan dan luka di hati; adu mulut membuat suasana keluarga menjadi tak bahagia, akhirnya empat bersaudara memutuskan untuk memisahkan keluarga mereka. Lalu mereka mulai melakukan pembagian harta, masing-masing mendirikan rumah untuk keluarga masing-masing.

Melihat situasi demikian Miao Tong jadi teringat pada masa kecil mereka yang begitu kompak, sehingga menjadi begitu bersedih hati : “Andaikata ayahbunda masih hidup, melihat ketidakharmonisan adik-adik, maka mereka akan begitu kecewa”. Hatinya pedih bagaikan tersayat oleh tajamnya belati.

Suatu hari, dia mendengar dua adik iparnya gara-gara hal sepele bertengkar tanpa henti, Miao Tong merasa amat malu, dia berpikir dalam hati : “Hari ini keluarga tidak harmonis adalah dikarenakan kesalahanku sendiri, karena saya tidak memberikan teladan yang baik, sehingga timbul banyak masalah di dalam keluarga”.

 Kemudian Miao Tong mengunci pintu rumahnya, lalu memukuli dirinya sendiri di dalam rumah, sambil berteriak keras menyalahkan diri sendiri : “Miao Tong, setiap hari kamu mengatakan hendak membina diri, mempelajari ajaran para insan suci dan bijak terdahulu, untuk memperbaiki kesalahan, menciptakan lingkungan yang sehat dan benar. Tetapi kenapa sekarang malah keluarga sendiri saja tidak sanggup diurus dengan benar, kelihatannya hanyalah angan-angan belaka, kamu telah menyia-nyiakan ajaran para leluhur, benar-benar adalah anak cucu yang tak berbakti!”, selesai berkata Miao Tong diam seribu bahasa dan hanya terdengar isak tangisnya.

Adik-adik dan ipar-iparnya yang mendengar suara tangisan jadi berbondong-bondong mendatangi rumah Miao Tong, mereka mengendap-endap berada di luar pintu. Mendengar ucapan abang sulung yang menyalahkan dirinya sendiri, semuanya jadi menunduk, merasa malu dan menyesalinya. Teringat akan pengorbanan abang sulung yang selama ini selalu menjaga keharmonisan keluarga, siang malam bersusah payah, mengerahkan segenap kemampuan; teringat akan abang sulung yang dalam keseharian selalu memperlihatkan wajah penuh senyuman dan harmonis, tapi kini di dalam rumah wajahnya penuh dengan kesedihan dan linangan air mata; terkenang akan abang sulung yang setiap harinya mendidik mereka dengan penuh kesabaran, kini semua kenangan masa lalu satu persatu muncul kembali memenuhi pikiran mereka………….mereka jadi teringat akan kesalahan yang pernah dilakukan masing-masing, timbul penyesalan dan air mata mulai membasahi sepasang mata masing-masing, dalam sekejab sulit untuk menahan diri.

Karena itu adik-adik dan para ipar berlutut di depan pintu, mereka serentak berkata : “Abang sulung, ini semua adalah kesalahan kami, karena saling berebutan maka melupakan jalinan persaudaraan yang bagaikan tangan dan kaki, kami bersalah pada leluhur, juga telah bersalah pada didikan dari ayahbunda, juga bersalah karena telah mengabaikan harapan abang pada kami, kami sungguh ceroboh, mohon bukalah pintu, silahkan menghukum kami semuanya!”

Ungkapan penyesalan yang tulus telah menggugah hati Miao Tong, “Tidak diduga dengan menyalahkan diri sendiri, telah membangkitkan penyesalan di hati adik-adik dan ipar-iparnya. Andaikata anggota keluarga dapat melakukan introspeksi diri, maka keluarga pasti akan kembali pada suasana harmonis seperti dulu lagi, sehingga ayahbunda di surga juga akan turut berbahagia”.   

Terpikir sampai di sini, Miao Tong bangkit berdiri lalu membukakan pintu. Melihat pintu dibuka, adik-adik dan ipar-iparnya serentak berkata : “Abang sulung, selanjutnya kami takkan berani lagi mengungkit masalah pembagian harta dan pemisahan keluarga, juga takkan lagi melakukan hal yang membuat hatimu bersedih. Tak peduli apapun yang terjadi, kami akan hidup bersama secara harmonis”. Setelah ucapan mereka selesai, adik-adiknya segera merangkul Miao tong, suasana keluarga yang kembali harmonis ini juga turut menebarkan kehangatan yang mencairkan kebekuan, kepada setiap insan yang juga ikut berada di lokasi kejadian.

Sejak itu, suasana keluarga kembali harmonis seperti sedia kala, juga takkan mengungkit tentang pemisahan keluarga lagi, benar-benar dapat mewujudkan abang menyayangi adik dan adik menghormati abang, ipar-ipar juga dapat hidup bersama dengan harmonis.

Sesungguhnya, ajaran dasar manusia adalah keharmonisan, pemisahan keluarga hanyalah karena amarah sesaat, andaikata dapat melakukan introspeksi diri, mencari keluar sumber permasalahan, maka akan kembali pada hati nurani, seperti awan berlalu maka tampaklah sinar mentari, juga semudah membalikkan telapak tangan. Sesungguhnya manusia bukanlah insan suci dan bijak, mana mungkin tidak melakukan kesalahan, asalkan mau kembali ke jalan yang benar, maka ini merupakan kebajikan kita yang terbesar.  

Apalagi sesama saudara kandung, persaingan seburuk apapun bagaimana boleh memisahkan jalinan persaudaraan yang bagaikan tangan dan kaki? Asalkan mau mengabaikan harga diri, dengan serius melakukan introspeksi diri, menegakkan sikap abang menyayangi adik dan adik menghormati abang, juga terpikir akan abang adik bisa harmonis maka ini adalah wujud bakti, mana mungkin tangan dan kaki akan saling berselisih paham lagi?

Bangsa Tionghoa sejak jaman dahulu kala hingga sekarang, senantiasa mewariskan ajaran bakti dan persaudaraan turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Asalkan dapat lebih menghargai jalinan kasih sayang antara tangan dan kaki ini, barulah dapat memenuhi harapan para leluhur dan ayahbunda.

Ajaran moralitas Bangsa Tionghoa mengajarkan kita “bila bertemu masalah, tanyakan kembali pada diri sendiri”. Andaikata setiap insan ketika menghadapi masalah, terlebih dulu menyesali diri sendiri dan melakukan introspeksi, maka dunia ini akan diliputi perdamaian.

Kisah Miao Tong memukuli dirinya sendiri, telah memberi pendidikan tentang membina diri dan kemudian mengurus keluarga pada keluarga masa kini. Menghadapi perilaku anggota keluarga yang tidak benar, Miao Tong juga tidak langsung mengkritik dan menyalahkan mereka, namun dengan sikap menyalahkan diri sendiri, memikul kesalahan insan lain, dari sini berhasil menggugah adik-adik dan ipar-iparnya, menyadarkan mereka akan perasaan tahu malu dan menyesal.

Kebijaksanaan yang mengandung kasih sayang dan bertanya kembali pada diri sendiri, benar-benar telah memerankan abang sulung bagaikan ayahanda yang penuh kedisiplinan, sehingga keharmonisan keluarga dapat terwujud, mempromosikan kesetiakawanan di dalam dusun, jalan besar untuk mendidik dan mempengaruhi dunia ini.      




繆彤自撾

《大學》上說:「欲齊其家者,先修其身」。每一個人只有以一顆「行有不得,反求諸己」的心,立身行道,纔能達到修身、齊家、治國、平天下的目標。

繆彤,漢朝人,字豫公。在他小的時候,父母雙雙過世了,留下繆彤兄弟四人相依為命。作為長兄,繆彤自然就承擔起了照顧撫養弟弟們的重擔。家庭的不幸,使繆彤兄弟過早地嘗到了人生的艱辛。但是,生活的磨煉,也鍛造了繆彤堅毅正直的性格。尤其難能可貴的是,艱苦的處境,將繆彤的孝悌之德徹底從心底激發出來。他深感自己責任的重大,如不把幾個弟弟順利撫養成人,自己就無法告慰父母在天之靈。

他們兄弟雖然生活艱難,但是由於長兄無微不至的照顧,繆彤弟兄四人均得以健康成長。弟弟們同樣深刻感念哥哥的付出,對於長兄,他們尊敬異常。如此患難相依,兄弟們手足之情日深。就這樣,一家人的生活雖然清苦,但是不乏甘甜。家庭的融融暖意,也令大家羡慕不已,人們不敢相信這是一個父母雙雙過世的家庭。兄弟們的和睦贏得了鄰里的交口稱嘆。

幾年的光陰,轉瞬即逝。兄弟四人均已長大成人,到了婚娶的年齡,兄弟們也相繼成家了。但是,結婚只是責任承擔的開始。喜慶的氣氛在帶給家庭短暫的歡愉之後,新的生活如何展開,已經是兄弟們必須面對的現實了。由於家中增添了不少新人,生活已不再像以前那樣方便。同處一個屋檐下,妯娌們往往心各所執,因此生活中難免會出現不和諧的音符。生活的磕碰,有時也會傷及感情;偶爾的口角,大多會使大家鬧得不歡而散。於是大家不免各自思量家中財物,打算分開單過。

繆彤看著這樣的情景,想起兄弟們當年和睦的日子,不禁十分感慨:「要是父母仍然在世,面對孩子們的不和,又會有多麼的失望。」嘆息之餘,繆彤不由感到萬分悲涼,痛苦的自責湧上心頭。一日,又聽到兩個弟媳因為一點瑣事爭執不休,繆彤感到羞愧難當,他心中想到:「全家今天這種不和之相,都是因為自己的錯,是自己沒做好,纔感召家中矛盾重重。」為此,繆彤獨自關鎖門戶,在屋中抽打自己,厲聲自責道:「繆彤啊繆彤,你天天都說要修身謹行,學習古聖先賢的教誨,以求齊整風俗,匡扶正氣。可怎麼現在連自己的家庭都不能導正,看來都是妄談,你辜負了祖宗的諄諄教誨,實是不孝子孫啊!」說罷,繆彤便已失聲慟哭。

弟弟、弟媳們循著哭聲聚攏過來,他們靜靜地守候在屋外。聽到長兄的自責,大家慚愧地低下了頭。想到長兄為家庭和睦,日夜操勞,殫精竭力;想到長兄平日那張和藹的笑臉,此時在屋裡卻是淚流滿面;想到長兄時常對大家殷殷地教誨,而自己卻一次次置之腦後……眾人想起自己過去種種錯誤,懺悔的眼淚,一時都是難以抑止。弟弟、弟媳們於是跪在門外,大家一同對屋中說:「哥哥,都是我們的錯。因紛爭而忘了手足之情,我們對不起祖宗,對不起父親的教誨,對不起您對我們的期望,我們真的好糊塗,請您把門打開,責罰我們吧!」

至誠懺悔的言語,深深地感動了繆彤,「沒想到自我的譴責,會換來弟弟、弟媳們真心的懺悔。如果家人都能反躬自省,今後家庭一定會重迴和睦溫馨的幸福日子,父母在天之靈定將倍感欣慰。」想到這裡,繆彤便起身打開屋門。見到房門打開,弟弟弟媳們便一同說:「兄長,我們以後決不再提分家的事了,決不再做出讓您傷心的事情了。無論怎樣,我們都要和和氣氣住在一起。」說罷,弟弟們上前緊緊地擁住了繆彤,家門重歸和睦的氣氛感染了在場的每一個人。

從此以後,繆家又恢復了往日的和樂氣氛,家人們不再有隔閡,真正做到兄友弟恭,夫義婦順,大家團結和睦地一起生活。

其實,人生的大道原本和合,短暫的隔閡緣於自我的迷惑,倘若真能深思反省,沖出自設的迷局,那麼恢復圓滿的本性良知,真的如撥雲見日一樣易如反掌。其實,人非聖賢,孰能無過,只要改正自身的過失,這纔是我們最大的善啊。

更何況骨肉兄弟,再大的爭執又怎能離間手足之情呢?倘若各自放下顏面,認真反省,提起兄道友,弟道恭的態度,想到兄弟睦,孝在中,哪裡還會手足相爭呢?中國自古以來,即以孝悌傳家,古人云:「兄弟同心,其利斷金。」只有倍加珍惜兄弟手足間的真情實義,纔是祖宗父母的真正企盼。

中華傳統倫理道德,教育我們「行有不得,反求諸己」。人人如能對行有不得之處,先以懺悔心反躬自省,天下就歸於太平了。繆彤自撾的故事,生動地為現代家庭上了「修身」而後「齊家」的一課。面對家人種種不當做法,繆彤並沒有直接批評指責,而是以自責的態度,直接承當,從而感化了諸位弟弟和弟媳,喚醒了他們的知恥心、懺悔心。其中的真情與求諸己的智慧,正是家中嚴父長兄和睦家族,敦睦鄉里,行教化於天下之大道。