Selasa, 25 November 2014

Yu Qian Menyelamatkan Negara 01



Cerita Budi Pekerti

Yu Qian Menyelamatkan Negara

Bagian 1

Yu Qian, nama kehormatannya Yan Yi, adalah penduduk Qiantang Provinsi Zhejiang. Dalam sejarah Dinasti Ming, Yu Qian merupakan seorang “Perdana Menteri Penyelamat Waktu“ yang tersohor.

Sejak kecil Yu Qian sangat mengkagumi Wen Tian-xiang(1236-1283, politisi dan pujangga Dinasti Song, pahlawan yang melawan invasi Mongol di Jiangxi tahun 1275), dengan syairnya “Sejak jaman dulu hingga kini diri siapa yang takkan mengalami kematian, namun biarkanlah diriku dapat meninggalkan sebutir hati yang setia menyinari lembaran sejarah” untuk memotivasi diri sendiri.


Saat usia sekolah, Yu Qian menetapkan cita-citanya untuk menempatkan semua masalah di kolong langit ini sebagai tanggung jawabnya, dia merenungkan kebenaran dari para pahlawan yang gugur melawan pemberontakan sejak jaman dulu hingga kini, sehingga menggoreskan penanya dengan judul “Shi Hui Yin (Syair Batu Kapur)” yang bunyinya :

“Meskipun melalui berbagai pukulan berat juga takkan menghambat keluar batu kapur yang putih bersih dari perdalaman gunung,
bara api juga tidak mampu memusnahkannya,
meskipun tubuh hancur dan tulang remuk juga takkan gentar,
harus meninggalkan nama yang bersih di dunia ini”.

Pada permulaan masa pemerintahan Kaisar Ming Xuan-de (kaisar Dinasti Ming ke-5), Yu Qian ditugaskan menjadi asisten Menteri Keprajuritan, menjadi pejabat pengawas di dua wilayah yakni Provinsi Henan dan Shanxi. Yu Qian tidak membawa anggota keluarganya serta, selalu saja seorang diri pergi mengemban tugasnya, melewati musim dingin dan semi di Shanxi, musim panas dan gugur di Henan.

Saat menjalani tugas, Yu Qian sering menunggang kuda mengunjungi dan memberi perhatian kepada para penduduk di masing-masing wilayah, menanyakan kabar dan kondisi kehidupan masyarakat di sana, mengunjungi dan memberi perhatian pada pejabat setempat, kelebihan dan kekurangan administrasi dalam memberi pelayanan bagi masyarakat.

Pulang kembali ke kantornya sendiri, dia akan menulis laporan dengan lengkap dan jelas, lalu disampaikan kepada kaisar. Andaikata ada daerah yang mengalami bencana banjir atau kekeringan, maka dia segera melapor pada kaisar. Demikianlah dia begitu teliti dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan pengawasan tanpa terasa telah melewati waktu 19 tahun.    

Yu Qian merupakan pejabat yang amat jujur, setiap kali memasuki ibukota untuk menangani urusan, sama sekali tidak pernah membawa kado untuk dihadiahkan kepada orang lain. Ada orang yang menasehatinya supaya membawa sedikit hasil bumi khas daerahnya untuk menjalin hubungan baik, dia hanya mendengar dan sambil tersenyum dia menjawab : “Saya hanya membawa kejujuran dan kebenaran saja”.

Pada saat Kaisar Ming Ying-zong (kaisar Dinasti Ming yang ke-6) berkuasa, Yu Qian menjadi asisten Menteri Keprajuritan. Pada masa itu pemimpin suku Wala Mongol yang bernama Ye Xian, mengerahkan pasukan prajuritnya menyerang perbatasan selatan. Pada saat itu pejabat fungsional, Wang Zhen memegang kendali prajurit, memotivasi agar Kaisar Ming Ying-zong melibatkan diri secara langsung dalam pertempuran di wilayah utara, Yu Qian dan Menteri Keprajuritan memberi peringatan keras namun ditolak oleh kaisar, yang hendak melibatkan diri secara langsung dalam penyerangan tersebut. Akhirnya pasukan prajurit Ming mengalami kekalahan di Tumu, Kaisar Ming Ying-zong dijadikan tawanan perang, yang juga merupakan peluang besar bagi suku Wala mengerahkan pasukan memasuki Beijing, dengan usaha yang penuh semangat mereka mulai bergerak menuju ibukota Dinasti Ming.

Berita cepat tersebar ke seluruh pelosok ibukota, dalam sekejab hati semua orang menjadi panik, banyak keluarga kaya yang melarikan diri. Oleh karena ibukota yang biasanya dikawal oleh para prajurit terbaik, tempo hari sudah mengikuti Kaisar Ming Ying-zong pergi berperang, sedangkan prajurit yang tersisa di ibukota jumlahnya tidak melebihi sepuluh ribu jiwa, juga yang sudah tua dan lemah; sementara itu pasukan prajurit dan kuda suku Wala semuanya kuat dan gagah, mana mungkin dapat mempertahankan gerbang kota, kini ibukota berada dalam ancaman serius dan kondisi kritis.

Pada saat ini, yang masih tertinggal dalam ibukota adalah Raja Cheng (adik Kaisar Ying-zong atau lebih dikenal sebagai Zhu Qi-yu, kelak adalah kaisar Ming ke-7) meminta pendapat dari para pejabat tinggi. Sebagian pejabat tinggi mengusulkan untuk mempergunakan kesempatan sebelum prajurit Wala menginjakkan kakinya di ibukota, cepat-cepat memindahkan ibukota ke wilayah Selatan.

Pada saat itu Yu Qian tanpa gentar maju ke depan, dengan sangat serius dia berkata : “Orang yang mengusulkan pemindahan ibukota ke Selatan harus dipenggal kepalanya. Ibukota adalah tempat dimana negara berada, begitu bergerak maka akan menimbulkan akibat yang tidak bisa diubah lagi. Apakah kalian telah melupakan pelajaran yang dipetik dari akibat pemindahan ibukota yang dilakukan oleh Dinasti Song Selatan?”

Seuntai kalimat ini telah menyadarkan para pejabat tinggi lainnya, Raja Cheng juga sangat menyetujui ucapan Yu Qian. Maka itu usulan memindahkan ibukota ke wilayah selatan segera dibatalkan, selanjutnya mereka memutuskan untuk memperkuat pertahanan ibukota.




于謙勤王

(一)

于謙,字延益,謚號忠肅,浙江錢塘人。在明朝的歷史上,于謙是一位著名的「救時宰相」。

于謙從小就仰慕文天祥,以「人生自古誰無死,留取丹心照汗青」勉勵自己。少年讀書的時候,于謙立志以天下為己任,他思考著古今治亂興亡的道理,慨然寫下了《石灰吟》:

千錘萬擊出深山,
烈火焚燒若等閑。
粉骨碎身全不怕。
要留清白在人間。

明宣宗宣德初年,于謙被任命為兵部右侍郎,兼河南、山西兩省的巡撫大臣。于謙不攜家眷,常獨自一人去上任,冬春在山西,夏秋到河南,正如他在詩中寫的:三晉沖寒到,中州冒暑回。山川元不改,節候自相催。

在任的時候,于謙常常騎馬到下屬的各個地區考察民情,向當地的老百姓詢問生活情況,訪察地方官施政的得失。回到官邸,他就一五一十寫下來,上疏給皇上。如果地方上有了小的水災或旱災,他也馬上報告朝廷。就這樣兢兢業業地,于謙在巡撫的任上一乾就是十九年。

于謙為官非常清廉,每次進京辦事,從不帶任何禮物送人。有人勸他帶些土特產做交際聯絡,他聽罷,笑著舉起兩袖,答道:「吾唯有清風而已。」

明英宗的時候,于謙任兵部左侍郎。正統十四年七月,蒙古瓦剌部落首領也先率領騎兵大舉南犯。當時宦官王振專權,極力鼓動明英宗北上親征。于謙和兵部尚書鄺埜勸諫,但是皇上一意孤行,貿然親征。結果,明軍在土木堡遭到慘敗,英宗被俘,也先率瓦剌大軍直攻北京,企圖一鼓作氣佔領明朝的都城。

消息傳到京城,一時間人心惶惶,許多大戶人家紛紛南逃。因為京城裝備精良的守軍都已經隨英宗出征,剩下的士兵不足十萬,都是些老弱;而瓦剌軍兵強馬壯,乘勝而來,大有不可抵擋之勢,北京城岌岌可危。

這時,留在京城監國的郕王朱祁鈺請大臣們出主意。一部分大臣主張朝廷趁瓦剌軍尚未到來之際,趕緊遷都南方。這時候,于謙毅然站出來,非常嚴肅地說:主張南遷的人,應該斬首。京城是社稷的根本所在,一旦動搖必將導致不可挽回的後果。大家難道不記得南宋遷都的教訓嗎?一句話點醒了眾位大臣,郕王也非常支持于謙的看法。由此,南遷的提議被廢棄,保衛北京的策略確定下來。