Selasa, 09 Desember 2014

Dong Mei Menepati Janji



Cerita Budi Pekerti

Dong Mei Menepati Janji

Cerita budi pekerti ini menyampaikan pada kita tentang kisah seorang anak gadis yang sangat mengharukan, yang bernama Dong Mei. Bagaimana sebagai seorang pembantu rumah tangga dia dapat mengikrarkan janji pada nyonya rumah dan kemudian menepatinya.

Kisah ini berawal pada suatu siang hari di musim gugur, burung-burung berkicau di dahan pohon, sekelompok ikan berenang dengan ceria di dalam kolam, sesekali semilir angin bertiup menyejukkan,  lembaran daun-daun pepohonan yang menguning perlahan melayang jatuh menghiasi permukaan taman.

Tampaknya hari itu adalah serupa dengan hari-hari biasanya, seorang anak gadis berusia 13 tahun yang merupakan pembantu rumah, sedang menemani tuan ciliknya membaca buku. Tiba-tiba terdengar gemuruh langkah kaki yang sedang terburu-buru menuju ke arah mereka, pembantu yang dengan nafas terengah-engah dan tampak panik, berkata : “Nyonya…sudah sekarat!”

Kehidupan manusia sungguh tidak bisa diramal, setiap manusia harus menghadapi ketidakkekalan. Nyonya rumah yang terbaring lemah, nafasnya hanya tersisa satu persatu, melihat kedatangan putranya, sepasang matanya memperlihatkan ketidak-ikhlasan-nya. Ayah sang anak baru saja meninggal dunia tak lama, tak terduga kini giliran sang bunda harus pamit dengan dunia ini, meninggalkan putra mereka yang masih kecil, tanpa sandaran dan tempat berlindung, bagaimana sang anak harus menghadapi masa depannya. Sang anak menangis tersedu-sedu melihat sang bunda yang dengan perlahan langkahnya semakin menjauhi dirinya, pergi meninggalkan dirinya buat selama-lamanya.

Pada saat itu di samping tempat tidur nyonya rumah, tampak tuan kedua dari Keluarga Xu dan istrinya, mata mereka berusaha menghindari tatapan kakak ipar mereka yang penuh kekhawatiran, di dalam hati mereka sedang merencanakan sesuatu.  

“Hamba bersedia menjaga tuan cilik seumur hidup”. Tiba-tiba sang pembantu rumah, Dong Mei melontarkan perkataan ini sambil berlutut di samping tempat tidur nyonya. Bayangan bagaimana bertahun-tahun yang lalu dia berada dalam kesusahan dan untunglah tuan dan nyonya rumah menerima dan memeliharanya, kembali memenuhi ingatannya. Dong Mei yang baru berusia 13 tahun, atau boleh dikatakan masih anak-anak, tetapi dalam hatinya tahu mengingat budi tuan dan nyonya yang telah menolongnya.

Saat itu dengan suara tegas dia mengikrarkan janjinya. Melihat pembantu cilik kepercayaannya mengungkapkan keberaniannya tanpa gentar, mendengar janji yang diikrarkan Dong Mei, nyonya rumah seakan-akan dapat melepaskan beban berat yang mengganjal di hatinya, lalu menyampaikan pesan terakhirnya dan dengan tenang menghembuskan nafas terakhirnya.  

“Mengucapkan perkataan haruslah dapat dipercaya, janji harus dipenuhi, hal yang belum tentu dapat diwujudkan janganlah dijanjikan, apalagi dusta dan membual lebih tidak boleh dilakukan!” Bagi seorang anak gadis yang baru berusia 13 tahun, ikrar janji ini merupakan sebuah keberanian yang akan berdampak pada masa depan dan perjalanan hidupnya yang belum memiliki kepastian, tidak ada orang yang dapat menerka apa yang akan terjadi pada hari esok. Namun sepasang mata Dong Mei menjelaskan bahwa dia sangat menyadari akan janji yang telah diikrarkannya, dan dia juga mengerti dengan mendalam apa yang dipesankan oleh nyonya rumah di saat ajalnya, oleh karena kesetiaan yang memang merupakan sifat alami yang dimiliki oleh setiap manusia, maka itu Dong Mei menerima tanggung jawab ini.

Cobaan kehidupan selangkah demi selangkah mulai menerjang ke arah Dong Mei dan tuan ciliknya.  Oleh karena sulit memikul beban kesedihan akibat ditinggalkan ayahbundanya, tuan ciliknya menjadi frustasi, setiap hari kerjanya hanya menangis. Dengan kesabaran Dong Mei menasehatinya : “Mengurus upacara perkabungan harus sesuai dengan norma yang berlaku, tidak boleh asal-asalan, juga tidak boleh terlalu mewah berfoya-foya, barulah berbakti. Saat memperingati hari meninggalnya almarhum, harus dengan hati yang tulus, memperlakukan almarhum seperti kala beliau masih hidup di dunia”.

Dong Mei membimbing tuan cilik dengan sabar dan terarah, membantunya agar bangkit kembali dan berani menghadapi tantangan hidup. Usia manusia amat singkat, penderitaan akibat berpisah dengan orang yang disayangi adalah sulit untuk dihindari, apalagi penderitaan akibat perpisahan oleh kematian. Maka itu kita harus menghargai orang-orang yang berada di sekeliling kita, berusaha memanfaatkan setiap detik dalam kehidupan, mengerjakan segala sesuatu dengan baik, ini adalah bentuk ketulusan kita pada orang yang telah meninggal dunia.

Selanjutnya, tuan kedua yang terus menerus mengejar harta kekayaan abangnya, melihat kakak iparnya malah menyerahkan hak kepengurusan harta keluarga kepada seorang pembantu, hatinya sungguh tidak ikhlas, maka itu dia memikirkan segala akal bulus untuk mengusir Dong Mei dari rumah supaya harta keluarga bisa jatuh ke tangannya.

Maka itu ketika berada di upacara perkabungan kakak iparnya, sengaja menuduh Dong Mei hendak menelan harta kekayaan Keluarga Xu, berencana mengusir Dong Mei dari rumah. Di hadapan para hadirin yang ikut termakan hasutan sehingga menjadi menatap Dong Mei dengan mata penuh kecurigaan, Dong Mei segera berlutut, menceritakan bagaimana budi tuan dan nyonyanya yang telah menerima dan memeliharanya di saat dia berada dalam kondisi susah, sehingga di kala nyonyanya sedang sekarat, dia berani mengucapkan ikrar tersebut, bahkan di bawah dukungan tuan ciliknya, sehingga Dong Mei berhasil lolos dari kelicikkan tuan kedua.

Namun tuan kedua tidak pernah melupakan harta keluarga, sebelum jatuh ke tangannya maka dia takkan berpangku tangan, satu rencana gagal maka muncul lagi rencana kedua, kemudian dia berembuk dengan istrinya untuk menjalankan rencananya mengusir Dong Mei dari rumah, bahkan mengaku bahwa ini adalah pesan dari almarhum tuan besar, untuk mengusir Dong Mei dengan menikahkannya ke dusun yang jauh sehingga dia bisa dengan tenang menikmati seluruh harta keluarga.

Manusia yang telah dibutakan hati nuraninya oleh harta benda, hatinya bagaikan ular berbisa. Dalam ketidakberdayaan Dong Mei teringat akan kertas jimat yang diberikan nyonya saat sekarat, nyonya berpesan bahwa bila Dong Mei bertemu ancaman bahaya barulah boleh membuka jimat tersebut. Maka itu saat dimana dia tidak mampu lagi menyelesaikan masalahnya, dia segera membuka kertas jimat tersebut dan membacanya, akhirnya dia bernafas lega, dia selalu merasakan perlindungan dari almarhum tuan dan nyonya-nya. Maka itu, Dong Mei bersedia menerima permintaan tuan kedua yakni menikah keluar, namun dia mengajukan syarat agar boleh membawa serta tuan ciliknya.

Pada hari pernikahannya, menurut tradisi yang berlaku saat itu, tuan kedua harus mengantar Dong Mei hingga ke rumah mempelai pria. Ketika barisan iring-iringan pengantar pengantin perempuan melewati sebuah dusun, Dong Mei meminta pengawal untuk menghentikan tandu, lalu berkata kepada tuan kedua bahwa dia ingin menjenguk sejenak seorang kakek di dusun tersebut, dimana dia pernah menitipkan sejumlah emas kawin di rumah kakek tersebut dan sekarang dia ingin mengambilnya kembali.

Tuan kedua tidak menyadari bahwa ini adalah jebakan Dong Mei, maka itu dia hanya menunggu di depan rumah kakek tersebut. Tetapi setelah lama menunggu, Dong Mei dan tuan cilik juga tak keluar-keluar,  tuan kedua segera merasa curiga dan mengetuk pintu. Pintu dibuka dan tuan kedua segera bertanya, tuan rumah menjawab bahwa tadi memang ada seorang anak gadis dan seorang anak kecil yang datang ke rumahnya mengatakan haus dan minta air minum, setelah itu mereka pergi melalui pintu belakang.

Tuan kedua yang panik dan marah segera memerintah para pengawal untuk mengejar ke arah yang ditunjuk oleh tuan rumah, dalam sekejab barisan iring-iringan itu sudah tidak tampak lagi. Pada saat itu Dong Mei dan tuan cilik barulah muncul dari rumah kakek tersebut. Ternyata Dong Mei dan kakek itu telah melakonkan sebuah sandiwara. Kakek ini seperti yang ditulis di jimat nyonya, saat berada dalam ancaman bahaya, boleh meminta pertolongan pada kakek ini. Langit takkan membiarkan manusia bertemu jalan buntu, manusia berniat baik maka Langit pasti melindunginya, dibawah bantuan kakek itu, Dong Mei dan tuan cilik memperoleh tempat tinggal yang tenang.

Kehidupan dengan saling mengandalkan, meskipun susah namun Dong Mei selalu ingat akan janji yang telah diikrarkannya, ketika tuan cilik jatuh sakit dan terbaring di tempat tidur selama berhari-hari, Dong Mei merawatnya dan tak pernah meninggalkannya. Akhirnya berhasil membesarkannya sehingga menjadi orang dewasa, Dong Mei bahkan mendukung tuan ciliknya sehingga berhasil dalam studinya, berkeluarga, berkarir, tuan cilik juga memandang Dong Mei bagaikan ibu kandungnya, seluruh keluarga hidup dengan harmonis.

Namun kisah ini masih belum berakhir, suatu hari Dong Mei dan tuan ciliknya sedang berpergian, di perjalanan mereka bertemu dengan seorang pengemis, keadaannya sungguh memprihatinkan, maka itu mereka memberikan sedekah. Tetapi ketika mereka lebih seksama mengamati wajah pengemis ini, tak terduga ternyata pengemis itu adalah tuan kedua, setelah berhasil menguasai harta kekayaan abangnya, tidak berapa lama kemudian dia ditipu orang lain, istrinya juga sudah mati kelaparan. Kebajikan dan kejahatan ada balasannya, Hukum Karma sedikitpun takkan meleset.

Kemudian Dong Mei dan tuan cilik yang welas asih, melihat hal ini jadi ikut prihatin dan memutuskan untuk menjemput tuan kedua pulang ke rumah. Tuan kedua juga telah menyesali perbuatannya, satu keluarga bersama-sama membangun kembali karir keluarga. Akhirnya Dong Mei hidup sampai usia 82 tahun dan seumur hidup tidak menikah.

Dari kisah tersebut kita dapat menggarisbawahi beberapa kesimpulan, melihat Dong Mei yang meskipun masih berusia belia, dalam menghadapi tantangan hidup yang muncul satu persatu, namun dia tak pernah mengingkari janjinya, melewati jalan berliku-liku penuh bahaya, namun dengan ketulusan dan kebijaksanaannya, berhasil menepati janjinya, bahkan telah mewujudkan seuntai kisah kebajikan yang indah.

Dapat dipercaya merupakan hal yang amat penting, seseorang yang dapat dipercaya, kita bisa dengan tenang memberinya tanggung jawab penting; seorang pebisnis yang dapat dipercaya, kita dapat dengan tenang menggunakan produknya; sebuah masyarakat yang bisa dipercaya, manusia dapat hidup dengan tenang, negara makmur dan kuat. Tak peduli kita hidup pada era apapun, tetapi memerlukan kepercayaan, semua ini dimulai dari diri kita sendiri.     






細品德育動漫之《冬梅踐言

中華德育動漫故事系列之《冬梅踐言》,為我們講述的是一個古代女子的感人故事,主人公如何用至情至性的一生,信守了人生的承諾。徜徉在古樸優雅的故事畫面裏,沉浸在感人的故事情節中,讓我們得以不斷反觀自省,叩問心靈。一個用心製作的美德動漫故事,如同一汩沁人心脾的清流,喚醒我們許多久違的寧靜和思考,思考誠信對自身以及對我們這個時代,所具有的重要意義。

      話說明朝年間,一個秋高氣爽的午後,小鳥在枝頭嘰嘰喳喳的嬉鬧著,一群紅鯉在池塘裏悠閒地擺著尾巴,偶爾吹來一陣秋風,幾片枯黃的樹葉,便緩緩地隨風落下。這是一個看似平常的日子,十三歲的婢女冬梅,正陪著許家小主人在專心致志地攻讀。這時一陣急促的腳步聲從門外沖進來,驚慌失措的僕人,語無倫次地告訴小主人,「夫人快不行了」。

      天有不測風雲,人有旦夕禍福,人生難以抗拒的無常,無情地降臨。此刻虛弱的女主人,正奄奄一息地躺在床上,看到沖進來的孩子,眼神中充滿了無助和不舍。孩子的父親才剛剛離世不久,沒想到自己也即將撒手人寰,留下唯一的幼子,無依無靠,將要如何面對未來的生活。然而,這顯然已是誰也無法扭轉的別離時刻,孩子嗚咽著趴在母親身上,徒勞地拒絕著母親那似乎已漸漸遠去的腳步。

      此時站在床邊的許家二少爺和妻子,眼睛左顧右盼地回避著大嫂臨終的擔憂,似乎心裏正在盤算著什麼事情。空氣仿佛凝固在女主人無助的歎息和小主人哀傷的哭泣中。

      「奴婢願意一輩子照顧少爺。」此時小冬梅毅然跪倒在主人床前,多年前自己臨難之際被主人收養的情形,一幕幕重播在眼前。十三歲的冬梅,或許還只是個孩子,但是內心對主人搭救收養的深恩,卻時刻銘記於心。此刻她用那稚嫩的聲音,斬釘截鐵地許下了自己的誓言。看著自己親信的婢女挺身而出,聽著小冬梅的錚錚誓言,女主人終於如釋重負地將遺囑交代完畢,安然地放下了人世間的掛礙。

      「凡出言,信為先。詐與妄,奚可焉。」小冬梅鏗鏘有力的誓言,亦猶如一聲雷響,敲擊著觀眾的心靈,對於一個十三歲的小女孩而言,這份人生誓言需要多麼大的勇氣,漫長而莫測的未來,沒有人能掌控究竟會發生什麼。然而,小冬梅堅毅的眼神裏傳遞著她此刻內心的清醒,正是因為她深深明白主人的臨終囑託,意味著什麼,正是因為與生俱來的堅韌與忠誠,冬梅義無反顧地接受了上天交給她的艱巨任務。

      生活的考驗一步一步向冬梅和小主人走來。因為難以承受亡失雙親之痛,小主人失魂落魄,整日啼哭。十三歲的冬梅總是耐心地在一旁開導他,「喪盡禮,祭盡誠。事死者,如事生。」循循善誘,幫助他鼓起生活的勇氣。誠如斯言,人生苦短,世事無常,生離之苦已是難為,更何況死別之痛。然而也正是這些無常的示現,讓我們能更加珍惜擁有的不易,努力把握當下,做好手裏的每一件事,就是對亡人最真誠的緬懷。

      接下來,一直垂涎哥哥財產的二少爺,看著大嫂把家產交給一婢女接管,非常不甘心,千方百計想要霸佔冬梅手中的家產。於是在大嫂的葬禮上,故意誣陷冬梅謀奪許家財產,企圖將冬梅趕出許家。在眾人狐疑猶豫的目光下,小冬梅臨危不懼,辭嚴義正地表達了自己對主人的感恩之情,以及信守承諾的決心,並且在小主人的擁護下,瓦解了二少爺的陰謀。

      然而,貪念纏身的二少爺,不達目的誓不甘休,一計不成,又生一計,私下裏開始與夫人設計將冬梅嫁出去,並謊稱是老爺臨終前留下的安排,企圖逼迫冬梅遠嫁他鄉,以便自己能接管財產。人被貪欲所縛時,真是心如毒蠍啊。無奈中冬梅想起了夫人臨終前交給她的錦囊,夫人曾囑咐不到危險關頭,不能打開,此刻正好派上用場。解開錦囊後的冬梅,頓時如同服了定心丸,胸有成竹,她仿佛感受到了老爺和夫人在天之靈的護佑。於是,冬梅答應二少爺願意嫁人,並據理力爭,將小少爺帶在自己身邊。

      出嫁的日子,很快就到了,按習俗這天由二少爺負責送親。當送親隊伍來到一座村莊時,冬梅稟報二少爺要去村子裏找一位大爺,自己曾經在他那裏寄存了一些陪嫁首飾,今天剛好要去取回。二少爺不知是計,只好看著冬梅和小少爺進了這位大爺家中,自己便在門外等候。然而左等右等,都不見兩人蹤影,二少爺方覺不妥,趕忙跑去大爺家拍門詢問。沒想到從大爺口中得知,冬梅和小少爺只是借了口水喝而已,早已從後門離開多時。氣急敗壞的二少爺趕緊命令家僕,順著老人手指的方向追趕,一行人不一會兒就消失在追趕的腳步聲中。這時,冬梅帶著小少爺,悄悄從大爺家的裏屋走了出來,原來這是冬梅和大爺合演的一出戲。這位大爺,正是按夫人錦囊中提示,在臨難時可以相助的貴人。真是天無絕人之路,人有善願天必從之,在老大爺的幫助下,冬梅和小主人終於有了安定的落腳點。

      相依為命的生活,顯然是艱難的,但是冬梅時刻謹記自己對主人的承諾,即便是小主人重病在床多日,亦不離不棄盡心照顧。寒來暑往,終於含辛茹苦將他撫養成人,並扶持他攻讀、成家、立業,小主人也將冬梅視如母親一般對待,一家人和睦的生活著。

      故事此時並沒有結束,某日冬梅和小少爺出門,路遇一乞丐匍匐在地,甚為可憐,於是好心施捨。細看之下,沒想到竟然是多年未見的二少爺。原來貪婪的二少爺,侵佔了哥哥的財產之後,沒多久就被人騙光了,夫人也因此而餓死。可歎天網恢恢,疏而不漏,善惡報應,因果不爽。二少爺此刻亮相的身份,再次應驗了這一千古不破的真理。

      然而,善良的冬梅和小少爺,並沒有因此幸災樂禍、落井下石,而是俯身扶起了已經淪為乞丐的二少爺,並真誠地將他接回家中。二少爺在冬梅和小少爺的感化下,在人性美德之光的照耀下,回想起自己不堪的過往,流下了悔恨的眼淚,並洗心革面痛改前非。一家人共同努力重整了家業,後來,冬梅一直活到八十二歲,終生未嫁。

      故事圓滿地劃上了句號,卻給我們留下久久的沉思。看似柔柔弱弱的小冬梅,在生活的一次又一次考驗中,從未放棄自己的人生信條,歷盡艱難,用自己的真誠和勇敢以及不斷增長的智慧,守住了自己立下的人生誓言,更成就了一段千古傳誦的美談。其感人的光輝足以穿過歷史的長河,投射在我們每一位現代人的心靈上。誠信並非一種刻意為之的包裝,一個有誠信的人,我們可以放心地付以重托;一個誠信的企業,我們能安心地使用它的產品;一個誠信的社會,人們能安居樂業,國富民強。任何一個時代,都需要我們從內心深處去信守誠信的準則,這是我們能從自身做起,卻又功在當代利在千秋的事情。

      借此感人的德育動漫,呼喚誠信之言、誠信之行成為我們時代的空氣。願人性本誠的德光,衝破欲望的陰霾。願大家身心無礙,家庭幸福美滿,社會穩定和諧。