Rabu, 03 Desember 2014

Mengemis Menghidupi Mertua



Cerita Budi Pekerti

Mengemis Menghidupi Mertua


Pada masa Dinasti Tang, ada seorang gadis yang bermarga Li (Li Shi), sifatnya sangat bajik, parasnya amat jelita, menikah dengan Zhang Xing. Keluarga Zhang Xing sangat miskin, ditambah dengan mertua perempuannya yang bertabiat jelek, dimana sebagian orang umumnya tidak mampu bersabar dengannya, tetapi sejak menikah ke dalam keluarga ini, Li Shi tidak pernah mengeluh, hanya mengerahkan segenap kemampuan untuk meladeni seniornya, menjaga suaminya.

Malangnya setelah menikah tidak berapa lama kemudian, suami Li Shi meninggal dunia, sehingga kondisi keluarga yang sudah miskin ini semakin terpuruk, setelah kehilangan tulang punggung keluarga, dengan sendirinya mereka juga kehilangan seseorang yang bisa diandalkan. 

Tidak memiliki ladang juga tidak mempunyai harta benda, bahkan sesuatu yang bisa dimakan juga tidak ada sama sekali, di dalam gubuk yang keadaannya sudah tidak layak lagi untuk menahan angin dan hujan, hanya tinggal Li Shi dan mertua perempuannya hidup dengan saling mengandalkan, keadaan mereka berdua sungguh memprihatinkan. 

Menghadapi situasi sulit sedemikian, berapa banyak orang yang memilih untuk melarikan diri, menikah lagi dengan orang lain, memulai sebuah kehidupan yang bahagia. Tetapi Li Shi malah memilih untuk menjaga mertuanya yang buta dan lemah, dalam hatinya bertekad, separah apapun kesengsaraan yang akan dihadapinya, dia tetap harus menghidupi mertuanya, menunaikan kewajibannya sebagai seorang menantu. 

Oleh karena mertuanya tidak boleh tidak ada orang yang menjaga disampingnya, demi mencari nafkah, Li Shi terpaksa sambil menggendong mertuanya sambil mengemis. Setiap kali pulang dari mengemis, maka Li Shi akan memisahkan makanan yang lebih segar, lebih enak dan yang lebih lembut buat mertuanya, bahkan menyuapi mertuanya. 

Bila makanan hasil mengemisnya tidak bisa dimakan mertuanya, maka dia akan mengemis lagi ke beberapa rumah lainnnya, berharap dapat melakukan apa yang terbaik supaya mertuanya dapat makan dengan kenyang, sementara dirinya sendiri makan nasi sisa yang sudah dingin.

Kadang kala meskipun dia telah berjalan jauh, sudah mengemis ke beberapa rumah, tetapi malah tidak berhasil mendapat makanan apapun, saat makanan tidak mencukupi, maka Li Shi akan menyuapi semuanya kepada mertuanya, sementara dirinya sendiri harus menahan lapar dan dia juga tidak mempedulikan rasa lapar yang menyiksanya. Di dalam hatinya, asalkan mertuanya dapat hidup dengan baik, maka dia akan merasa sangat terhibur.

Meskipun hidup dengan mengemis begitu sengsara, namun Li Shi memperlakukan mertuanya dengan sangat baik, melakukan apa yang terbaik, sehingga para penduduk dusun memuji sikap baktinya, maka itu saat dia mengemis, mereka akan berusaha memberinya makanan yang masih baik, agar dia dapat lebih baik lagi berbakti pada mertuanya.

Meskipun Li Shi sangat berbakti pada mertuanya, meladeni dengan sepenuh hati, tetapi tabiat mertuanya adalah tidak sabar dan keras kepala, setiap ada sedikit tidak senang, maka dengan suara keras dia akan memarahi Li Shi, bahkan menggunakan tongkat memukuli Li Shi.

Menghadapi amarah dan pukulan dari mertuanya, tak peduli itu memiliki aturan atau tidak, Li Shi hanya diam menerima dan memikulnya, Li Shi khawatir apabila mertuanya marah hingga merusak badannya, maka itu dia akan selalu dengan tutur kata yang lembut menghibur mertuanya, bahkan selalu berlutut memohon maaf, sehingga orang tua tersebut dapat gembira, dan seberapa besar kesengsaraan yang harus dihadapi, dia akan menerima semuanya dengan ikhlas, tidak hanya di wajahnya takkan ada ekspresi kebencian, bahkan selanjutnya dia akan lebih teliti lagi dalam merawat mertuanya. 

Melihat keadaan serupa ini, beberapa orang ingin memperjuangkan keadilan bagi Li Shi, mereka menyarankan agar Li Shi kabur dan menikah lagi, tetapi Li Shi sedikitpun tidak bergeming, hanya ingin mengerahkan segenap hati untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang menantu, menjaga mertuanya dengan baik, supaya mertuanya dapat melewati masa tuanya dengan tenang.

Oleh karena Li Shi baru berusia 30 lebih, lagi pula memiliki paras jelita, kepribadiannya juga sangat bagus, maka itu di daerah setempat ada seorang hartawan yang sangat menyukainya. Ingin mempergunakan kesempatan dimana Li Shi sedang menghadapi kesusahan, lalu mengantar seratus tael perak sambil menasehatinya, berharap dapat meminangnya. 

Li Shi setelah mendengarnya, dengan wajah mengerut dan tanpa senyum, dia berkata pada hartawan tersebut : “Lebih baik saya dan mertuaku mati kelaparan, juga takkan menikah lagi”. Dengan demikian dia mematahkan niat si hartawan.

Walaupun demikian, masih juga banyak pria muda yang membawa uang, perhiasan, pakaian mewah, pergi menghadiahkan pada Li Shi, berharap agar dia dapat terpikat dengan barang-barang ini. Tetapi Li Shi malah emosi dan setelah memberi pelajaran pada mereka, membuang uang, perhiasan dan pakaian mewah ke permukaan tanah, bahkan mengusir pergi semua pria muda ini.

Hari-hari selanjutnya, Li Shi tetap setia menjaga mertuanya, tak peduli berapapun penderitaan yang dia alami, juga tak peduli bagaimanapun mertua memarahinya, ekspresi wajahnya tetap tak berubah, dengan seksama dia merawat mertuanya, meneruskan mengemis demi menghidupi mertua dan dirinya sendiri, tidak pernah terpisah dan mengabaikan sang mertua. Demikianlah Li Shi menjaga dan merawat mertuanya hingga sang mertua jatuh sakit dan meninggal dunia. Setelah itu Li Shi juga melakukan apa yang terbaik untuk mengebumikan mertuanya.

Oleh karena di rumahnya tidak ada anak, juga mertuanya telah dikebumikan, maka Li Shi tidak memiliki kekhawatiran lagi, lalu dia memutuskan untuk menjadi Bhiksuni, melatih diri melafal Amituofo. Ketika dia berusia 88 tahun, dengan sikap duduk bersila dan melafal Amituofo, wajahnya damai dan meninggal dunia. 

Bila kita berpikir bahwa hidup di dunia ini dengan mengemis sudah merupakan hal yang sangat menderita, apalagi seorang wanita yang harus mengemis demi bertahan hidup adalah lebih menyengsarakan lagi. Lalu hasil dari mengemis diberikan kepada mertua, ini sungguh merupakan hal yang sulit, apalagi dipersembahkan buat mertua yang telah buta matanya, lebih menyulitkan lagi. Mertua yang buta dan bertabiat jelek, sedikit-sedikit memarahinya, ingin merawatnya dengan baik merupakan hal yang sulit dan menderita!

Selain itu, Li Shi merupakan wanita yang berparas jelita dan berbakat, banyak orang yang ingin mempersuntingnya, menghadapi keluarga yang miskin, amarah dan pukulan dari mertua, namun Li Shi mampu mempertahankan keteguhan hatinya untuk menunaikan kewajibannya, takkan terpikat oleh harta benda, hanya melakukan apa yang terbaik buat mertuanya, merawat mertuanya hingga akhir hayatnya, inilah yang merupakan sisi yang paling dikagumi orang banyak!





張李丐養



唐朝的時候,有一位姓李的女子,品性非常賢淑,長得又很端莊美麗,嫁給了一位張姓人家。這戶張姓人家的家境十分貧寒,加上婆婆的脾氣又很暴躁,一般人都無法忍耐,然而,李氏嫁到這戶人家來,卻沒有半句怨言,只是盡心盡力地奉侍著長輩,照顧著丈夫。

不幸的是,在婚後沒多久,張李氏的丈夫便去世了,這個噩耗對這個家而言,無疑是雪上加霜,不僅使家境更加捉襟見肘,在失去了家中的頂梁柱後,就好像天塌下來了似的,整個家失去了依靠。

無田無產,甚至連吃的東西都沒有,在矮破得難以避風的房子裡,只剩下張李氏與眼盲的婆婆相依為命,她們的處境顯得那麼的悲涼。

面對這樣的困境,有多少人要棄之而去,改嫁離家,重新去尋找人生的幸福。然而,張李氏看著家中那眼盲體衰的婆婆,心中已默默下定決心,再苦再難,也一定要贍養婆婆終老,盡她為人媳婦的責任。

由於婆婆離不開人照顧,為了能生活下去,在不得已的情況下,張李氏只好扶著婆婆四處行乞。每次乞討回來後,張李氏會很細心地將討來的比較新鮮、好吃、柔軟的食物留給婆婆,並且親自喂婆婆吃下去。倘若討來的食物,婆婆無法吃,她便會多討幾家,希望在自己能做到的範圍內,儘量讓婆婆吃得飽,自己卻只吃那殘羹冷飯。

有時候走了很久,討了好幾家,卻也討不到什麼食物,在不夠吃時,張李氏便會全部喂給婆婆吃,自己縱然餓著肚子也不在乎。在她心中,只要婆婆能過得好,她就很欣慰。

雖然乞討過活很苦,但張李氏對婆婆的照顧仍然非常周到,極盡她的心力,很多村民看到也都贊嘆她的孝心,因此,會在她來乞討時,儘量給她一些好的食物,讓她能很好地孝養婆婆。

雖說張李氏對婆婆很孝順,照顧很盡心,然而婆婆卻是一個性子急躁又剛愎的人,每每有個不高興,便會大聲責罵張李氏,甚至還用拐杖打她。面對婆婆的打罵,不管有理、沒理,張李氏總是默默承受,而且,張李氏擔心婆婆生氣會氣壞身體,總是會好言安慰婆婆,甚至向婆婆跪下道歉,使她老人家能順心,而她自己再苦再難也心甘情願,不但臉上沒有一點怨色,還對婆婆更加小心奉侍。

看到這樣的情形,許多人不免會為張李氏叫苦,因此,也有不少人勸張李氏改嫁,可張李氏始終都不動搖,只一心要儘自己媳婦的本分,照顧好婆婆,讓婆婆好好度過晚年。

因為張李氏纔三十出頭,而且長得很美麗,品德又很好,於是,當地有一位富翁很喜歡她,想乘著這個艱難的機會,拿了一百兩銀子去勸說,希望能把她娶來。張李氏聽後,正顏厲色地對富翁說:「我寧可和婆婆一起餓死,也是不會再嫁人的。」以此打斷了富翁的想法,使他不再抱有任何希望。

然而如此,還是有不少的青年男子,拿著銀子、首飾、衣裳前去送給她,想要以此來引誘她。可當張李氏拿到手中時,非常氣憤,把他們大罵一頓後,將這些銀子、首飾、衣裳全部都擲到地上,並把這些青年男子都趕走了。

以後的每天,張李氏依然盡心奉侍婆婆,不管多麼窮苦,也不管婆婆如何打罵,仍不改顏色,細心照料,繼續以乞討來養活婆婆與自己,不離不棄。就這樣,張李氏一直照顧婆婆到婆婆生病過世。在婆婆去世後,她也竭盡所能,安葬好婆婆。

因為家中無子女,婆婆也入土為安了,張李氏那時已是毫無牽掛,便削髮為尼,到寺院中去修行念佛,當她活到了八十八歲的那一年,端坐念佛,面貌安詳地辭世了。

想這人生在世,身為乞丐已是很苦的事了,而以一個女子的身份去乞討過活,則是更苦。以乞討來奉養婆婆,實在是很困難的事,而以乞討來奉養眼盲的婆婆,則難上加難。眼盲的婆婆脾氣又暴躁,動不動就要打罵她,要侍奉好婆婆,實在說是至苦又至難的事啊!另一方面,張李氏是一位美麗又有德才的女子,許多人都希望能娶她過門,面對家境的貧窮,婆婆的打罵,她能安於貧困又安於本分,不被金錢財物所動搖,只盡力去事奉婆婆,贍養婆婆至終老,這真是她最令人欽佩的地方啊!

在貧窮潦倒中,張李氏能立穩腳跟,不貪圖錢物,只盡一己本分,對婆婆細心照料,直照顧婆婆終老,她的這份至孝之心,的確令我們深深敬佩。